Pembangunan monumental keagamaan sebagai lambang kejayaan telah menjadi sebuah tradisi bangsa Indonesia. Sebut saja pembangunan Candi Borobudur dan Prambanan pada zaman kerajaan Hindu-Buddha yang dijadikan bukti kejayaan bangsa pada masa itu. Maka tak heran apabila setelah meraih kemerdekaan dari penjajah, tradisi yang sama pun kembali terwujud dengan pembangunan Istiqlal, yang kemegahannya selaras dengan predikat Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia.

Gagasan awal untuk mendirikan masjid negara secara konkret di diskusikan pada tahun 1950, dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Menteri Agama RI pada saat itu, K.H. Abdul Wahid Hasyim, dan perwakilan dari Partai Syarikat Islam, H. Anwar Tjokroaminoto. Sejumlah tokoh Islam lainnya pun turut diundang untuk datang ke Deca Park, sebuah gedung pertemuan yang pada saat itu berlokasi di sebelah Istana Merdeka.

Perundingan ini menghasilkan pembentukan Yayasan Masjid Istiqlal sekaligus panitia pembangunan yang diketuai oleh H. Anwar Tjokroaminoto. Keputusan dan perencanaan lalu disampaikan kepada Presiden Soekarno dan langsung mendapat sambutan positif. Sayembara segera diadakan untuk memilih arsitek yang tepat dan setelah melewati beberapa tahap penilaian akhirnya kemenangan jatuh ke tangan seorang Kristen-Protestan kelahiran Sumatera Utara, Fredrerich Silaban. Penancapan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan masjid pun mulai dibuka untuk umum pada 22 Februari 1978.

Kemegahan Masjid Istiqlal sendiri dilengkapi dengan berbagai simbolisme dalam arsitekturnya. Misalkan, tujuh gerbang masuk masjid masing-masing dinamai berdasarkan Asmaul Husna. Selain itu, angka tujuh juga melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta ajaran Islam. Bangunan utama masjid pun dimahkotai kubah dengan bentang diameter 45 m yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia.

Berbeda dengan arsitektur masjid dengan pengaruh Arab, Persia, Turki maupun India yang memiliki banyak menara, Masjid Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan keesaan Ilahi. Menara ini berukuran tinggi 66,66 m, melambangkan jumlah ayat dalam Alquran. Berbagai sarana dan fasilitas lain turut melengkapi masjid, mulai dari perpustakaan Islam, poliknik umum, madrasah, koperasi, sarana olahraga, hingga lift bagi teman difabel dan juga lansia.

Masjid yang mampu menampung lebih dari 200.000 jemaah ini juga menjadi rumah bagi beduk yang dinobatkan sebagai beduk terbesar di Indonesia. Hal ini tentunya menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Perlu diingat bahwa kecuali tamu resmi negara, Travelers non-Muslim tidak diperkenankan memasuki lantai pertama atau ruang utama tempat mihrab dan mimbar, namun tetap diperbolehkan melihat interior ruangan ini dari balkon di lantai dua. Selebihnya, semua area Masjid Istiqlal dapat dinikmati oleh semua orang yang ingin menginjakkan kaki di masjid yang namanya dalam bahasa Arab berarti ‘merdeka’ ini.

Artikel : Alisa Pratomo | Foto : George Timothy


0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.