Akan Nyaring dan Nyala

Ibu Kota Pertama

Pada abad ke-4 masehi, Kerajaan Tarumanegara mendirikan sebuah pelabuhan di atas tanah rawa di mana Sungai Ciliwung bermuara. Dinamakan ‘Kalapa’, pelabuhan itu berdiri di sebuah teluk tersembunyi yang menghadap Laut Jawa. Pelabuhan dari kerajaan Sunda yang bercorak Hindu tersebut tumbuh sejahtera. Mengundang kapal-kapal mancanegara untuk bersandar di dermaganya. Berkat potensi dan lokasi strategisnya, pelabuhan sederhana itu berkembang menjadi sebuah kota yang padat, namun dengan kekuasaan yang silih berganti di atasnya.

Pangeran Fatahillah, mewakili Kesultanan Demak dan Cirebon, merebutnya dari tangan Kerajaan Sunda dan pengaruh Portugis pada abad ke-16. Nama Sunda Kalapa pun berubah menjadi ‘Jayakarta’, yang artinya ‘kemenangan yang diperjuangkan’. Namun kurang dari seratus tahun kemudian, Belanda dan VOC-nya tiba untuk menduduki Jayakarta. Merubah sejarah di Bumi Nusantara, bahkan dunia.

Jayakarta pun diruntuhkan, dan Batavia dibangun di atasnya sebagai pusat pemerintahan, militer, dan ekonomi dari VOC. Dari Batavia, VOC dan Kerajaan Belanda melakukan eksplorasi dan ekspansi kekuasaan ke pulau-pulau sekitar, yang kemudian dikenal sebagai wilayah Hindia-Belanda.

Dengan monopoli rempah dan politik tanam paksanya, VOC berkembang menjadi salah satu perusahaan terkaya dalam sejarah dunia. Sedangkan penduduk asli Hindia-Belanda harus menderita dalam eksploitasi dan penjajahan. Ratusan tahun lamanya.

Sebagai ibu kota Hindia-Belanda, Batavia semakin ramai didatangi orang-orang dari berbagai penjuru, dari berbagai suku. Batavia juga menjadi magnet bagi para pedagang dari Arab, Tionghoa, serta India. Suku Betawi pun lahir dari percampuran ragam budaya masyarakat yang datang dan menetap di Batavia.

Modernisasi di awal abad ke-20 membawa semangat kemerdekaan dan kebangkitan nasional bagi para pribumi Hindia-Belanda. Untuk bersatu sebagai satu bangsa dan terbebas dari belenggu Belanda. Mimpi kemerdekaan terwujud pada 17 Agustus 1945. Di mana Hindia-Belanda berubah menjadi Indonesia. Batavia, menjadi Jakarta.

Saat ini, Jakarta dan sekitarnya adalah megalopolis dengan populasi terpadat kedua di dunia. Walau dengan nama dan nasib yang silih berganti, Jakarta tetap menampung mimpi-mimpi jutaan jiwa yang bernaung di atasnya.

Di balik keramaian, kesibukan, dan gemerlap warna-warni pencakar langitnya, Jakarta menyimpan pesonanya tersendiri sebagai tujuan wisata. Dengan berbagai keistimewaan yang akan dibahas dalam edisi kali ini, sebagai persembahan terbaru dari Travelink.