Namanya mungkin terdengar agak unik dan asing, namun jika ditelaah lebih lanjut, nama gabus pucung diambil dari dua bahan utama pembuatannya yakni ikan gabus dan pucung atau buah kluwak. Layaknya sop, gabus pucung ini disajikan dengan kuah dan sayuran seperti wortel, daun bawang, dan kembang kol. Sedangkan kuahnya yang berwarna kehitaman seperti rawon, didapat dari penggunaan pucung.

Dalam tradisi Betawi, hidangan yang tercatat sebagai salah satu warisan budaya Indonesia dan satu dari delapan warisan yang berasal dari DKI Jakarta ini kerap disajikan saat acara nyorog, yaitu saat anak atau menantu memberikan hantaran pada orang tua dan mertua menjelang puasa maupun takbir lebaran.

Artikel : Alisa Pratomo

Mendengar namanya, mungkin sebagian besar kita berpikir kuliner ini diciptakan oleh orang Betawi asli. Faktanya, orang pertama yang memakai dan mempopulerkan istilah soto Betawi merupakan keturunan Tionghoa bernama Lie Boen Po, penjual soto di THR Lokasari atau Prinsen Park.

Dalam penyajiannya, soto Betawi dilengkapi dengan tomat, daun bawang, seledri dan bawang goreng. Bagian yang juga tidak boleh ketinggalan adalah kerupuk emping, sambal, jeruk nipis dan acar yang segar. Rasa kuahnya yang khas didapat dari perpaduan rasa gurih santan dan sensasi creamy susu. Bila tidak menyukai jeroan, soto Betawi juga dapat disediakan dengan isian daging sapi saja.

Artikel : Alisa Pratomo | Foto : Suryaanugrah

Kekayaan Rasa yang Melegenda

Makassar dan kuliner adalah kombinasi yang sangat tepat untuk mengenal lebih dekat tentang kekayaan Indonesia. Makassar termasuk salah satu kota di Indonesia yang terkenal akan ragam pilihan menunya dengan rasa yang istimewa. Berikut ini adalah menu khas terbaik yang layak Travelers coba ketika mengunjungi Makassar.

COTO MAKASSAR

Makanan ini merupakan makanan berkuah yang menggunakan jeroan atau isi perut sapi sebagai bahan dasar utama. Sebelum disantap bersama kuah segar, jeroan sapi harus direbus dan dibumbui terlebih dahulu dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto makassar biasanya disajikan dengan ketupat dan burasa yang umumnya disajikan pada hari-hari spesial masyarakat Makassar.


ES PISANG IJO

Kudapan asli Kota Daeng ini menjadi favorit bukan hanya karena kesegarannya, tetapi juga karena penampilannya yang menarik. Bahan utama yang digunakan untuk membuat es pisang ijo ini terdiri dari pisang segar yang dibalut dengan adonan khusus berwarna hijau. Adonan pisang kemudian dikukus dan disajikan bersama es batu, bubur sumsum, susu kental, dan sirup merah. Menurut filosofinya, warna hijau pada menu ini melambangkan kesucian, sejuk dan tenteram.


ES PALLU BUTUNG

Sekilas menu ini mirip dengan es pisang ijo yang juga berbahan utama pisang. Perbedaan antara kedua menu ini terletak pada pengolahan pisangnya. Pada es pallu butung, pisang yang sudah direbus akan dipotong kecil-kecil sebelum disiram dengan bubur berwarna putih yang terbuat dari tepung beras dan santan. Setelah itu ditambahkan es serut, sirup berwarna merah secukupnya serta susu kental manis untuk memberikan rasa manis pada es.


BARONGKO

Kue khas Bugis di Makassar ini terbuat dari bahan dasar pisang yang dihaluskan bersama gula pasir, garam, telur, dan santan yang diolah menjadi adonan. Adonan kue barongko yang sudah jadi akan dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang, sebelum disimpan ke dalam lemari es. Pada zaman kerajaan dulu, kue khas Makassar ini menjadi hidangan penutup untuk kalangan raja-raja Bugis.


SUP KONRO

Menu ini dibuat dari iga sapi yang harus melewati proses perebusan terlebih dahulu sebelum disantap, agar iga sapi empuk dan bisa terlepas dari tulang. Rasa kuah yang sedap ini berasal dari paduan rempah-rempah khas Indonesia dan campuran bahan seperti ketumbar, keluwak (buah yang menyebabkan masakan berwarna hitam), sedikit pala, kunyit, kencur, kayu manis, asam, daun lemon, cengkih, dan juga daun salam.


KONRO BAKAR

Perbedaan konro bakar dengan sup konro berada pada olahan daging iganya. Daging iga pada konro bakar disajikan dengan dibakar terlebih dahulu dan disajikan terpisah dari sup. Konro bakar tak kalah enak dengan sup konro, tulang iga yang masih terbalut dengan daging sapi tersebut dapat disantap bersama guyuran bumbu kacang serta kuah sup konro yang kaya rempah dan berwarna hitam pekat.


PALLUBASA

Makanan khas dengan olahan sapi selanjutnya adalah pallubasa. Masakan khas Makassar yang satu ini terbuat dari jeroan sapi atau kerbau dan memiliki perbedaan dengan makanan khas Makassar berkuah lainnya, seperti coto makassar. Perbedaannya dengan coto makassar terdapat pada rasa yang dihasilkan. Meski tampilan menu berkuah ini serupa, pallubasa memiliki cara memasak serta bagian daging yang digunakan berbeda dengan coto makassar. Selain itu cara penyajian pallubasa menggunakan taburan kelapa sangrai di atasnya.


PALLUMARA

Nama kuliner khas Makassar yang satu ini terdengar mirip dengan pallubasa. Namun terdapat perbedaan dari segi bahan utama dan rempah yang digunakan sebagai bumbunya. Pallumara merupakan makanan berkuah asal Makassar yang menggunakan daging ikan atau kepala ikan kakap merah besar sebagai bahan utamanya. Setelah daging ikan diolah dan dibumbui, daging ikan tersebut dicelupkan ke dalam kuah kental berbahan dasar kemiri yang menghasilkan cita rasa gurih, asam dan pedas. Filosofinya, suku Makassar dan Bugis sering memasak bagian kepala ikan untuk sang anak. Kepala ikan ini melambangkan posisi yang tinggi dan sebagai bentuk doa dari orang tua agar kelak sang anak menjadi pemimpin.


SONGKOLO BAGADANG

Songkolo atau yang juga kerap disebut Sokko, adalah sajian nasi ketan hitam atau putih yang ditaburkan serundeng atau parutan kelapa sangrai. Songkolo ini biasanya dimakan bersama sambal goreng pedas dan ikan kering teri, atau ikan bete-bete (ikan petek) kering yang digoreng. Untuk penyajian lebih nikmat, menu ini biasanya disajikan dengan telur bebek asin.


CUCURU BAYAO

Kue ini dibuat dari puluhan kuning telur, kenari, dan gula pasir murni. Rasa yang sangat manis dan aroma yang kuat adalah ciri khas dari kue berwarna kuning ini. Kue ini terbuat dari campuran kuning telur dan tepung terigu yang dikukus di atas api kecil. Kue yang biasanya dihias dengan kenari ini merupakan sajian wajib di Makassar dalam acara-acara keluarga seperti pesta pernikahan.

Artikel : Linda | Foto : George Timothy, Ariyani Tedjo, Ayub Ardiyono

Kota yang terletak di pesisir timur Pulau Jawa ini, menjadikan jalur utama keluar masuknya budaya pada zaman dulu. Kondisi ini memiliki pengaruh besar terhadap karakteristik makanan yang kini menjadi sajian khas kota yang juga disebut dengan Bumi Blambangan. Beberapa makanan khas di Banyuwangi mempunyai banyak cerita di balik kenikmatan rasanya. Berikut beberapa makanan khas Banyuwangi yang menggugah selera dan juga mudah ditemukan jika berkunjung ke Banyuwangi.

Nasi Tempong

Hidangan tradisional nan sederhana ini terdiri dari nasi putih hangat, sayuran yang direbus, irisan ikan asin dan sambal terasi menjadikan hidangan ini semakin menggugah selera. Dinamakan nasi tempong karena kata ‘tempong’ sendiri berarti tampar. Biasanya masyarakat sampai melakukan tamparan-tamparan kecil di pipi untuk meredam rasa pedas. Nasi tempong biasanya disajikan dengan berbagai macam lauk tambahan seperti telur goreng, ikan, ayam, tahu dan tempe.


Rujak Soto

Makanan yang merupakan perpaduan rujak sayur dan soto babat sapi ini memiliki rasa unik dari perpaduan sambal kacang dan kuah kaldu yang bisa memberikan kesan tersendiri bagi siapa saja yang menyantapnya. Di balik makanan yang terdengar tidak biasa ini, rujak soto merupakan bukti bahwa Banyuwangi merupakan tempat perpaduan berbagai budaya. Karena bisa kita ketahui di mana rujak sayur adalah makanan khas Surabaya dan soto babat sendiri berasal dari daerah Lamongan.


Sego Cawuk

Berkuah, gurih, cenderung manis dan segar. Begitulah kesan yang akan dirasakan jika menyantap hidangan tradisional ini. Satu piring sego cawuk biasanya terdiri dari kuah pindang, campuran parutan kelapa muda dan teri-teri kecil, dan disajikan dengan lauk tambahan seperti pepes ikan laut, telur dan aneka lauk lainnya. Pada zaman dahulu, suku Using makan tanpa menggunakan alat seperti sendok atau garpu, mereka makan dengan cara ‘dicawuk’, atau langsung dengan tangan kosong. Maka dari itu, makanan ini dinamakan sego cawuk.


Tahu Walik

Beberapa tahun terakhir, jajanan ini mulai terkenal di Banyuwangi. Tahu walik yang berarti tahu yang terbalik ini terbuat dari adonan tepung tapioka dan daging ayam giling yang dimasukkan ke dalam tahu goreng yang dibalik terlebih dahulu. Tahu walik mempunyai tekstur yang renyah di bagian luar dan empuk di bagian dalam dan biasanya disantap dengan sambal petis ikan khas Madura atau cabai layaknya gorengan pada umumnya. Jajanan yang nikmat ini akan tepat untuk menemani Travelers selama di Banyuwangi.


Kue Bagiak

Jajanan khas Banyuwangi ini menjadi oleh-oleh andalan bagi pengunjung yang hendak meninggalkan Banyuwangi. Mempunyai tekstur renyah dan rasa yang manis, kue kering ini berbahan utama tepung garut, tepung tapioka dan kelapa. Kini kue bagiak mempunyai berbagai pilihan rasa seperti keju, durian, vanila, susu. Sebelumnya, kue bagiak hanya satu rasa saja, yaitu rasa keningar atau kayu manis.


Pecel Pitik

Sajian khas satu ini hanya bisa ditemukan di Banyuwangi, hidangan khas suku Using ini terbuat dari daging ayam yang digeprek dan dicampur dengan parutan kelapa muda yang sudah ditambahkan bumbu-bumbu khas. Makanan ini memiliki rasa sedikit manis dan pedas. Hidangan ini sangat cocok dinikmati dengan nasi panas.


Pecel Rawon

Satu lagi makanan yang merupakan perpaduan dari dua makanan khas daerah lain, yaitu pecel rawon. Pecel yang berasal dari Kota Madiun dan Rawon yang berasal dari Kota Surabaya berpadu menjadi satu makanan khas Banyuwangi yang lumayan diburu wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. Perpaduan rasa khas pecel dan kuah gurih rawon, memberikan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang menikmatinya.

Artikel : Ayub Ardiyono | Foto : George Timothy

Pembicaraan seputar kekayaan ragam di Nusantara tidak pernah luput dari pembahasan akan cita rasa kulinernya. Sabang hingga Merauke, tiap daerah dan suku bangsa di Indonesia memiliki masakan khas yang menambah daya tarik wisata daerah setempat, juga menjadi santapan sehari-hari masyarakatnya. Begitu juga dengan Pulau Sumba yang memiliki sejumlah masakan khas yang nikmat dan menggugah selera.

Berikut ini adalah sejumlah santapan kuliner yang dapat Anda coba di berbagai belahan pulau yang juga dijuluki Nusa Cendana ini.

Nga’a Watary Patau Kabbe

Nga’a Watary Patau Kabbe adalah sajian nasi jagung dengan campuran beberapa jenis kacang-kacangan. Nasi jagung ini telah menjadi salah satu makanan pokok masyarakat Sumba bahkan NTT. Dalam pembuatannya, jagung yang sudah digiling dengan kacang-kacangan seperti kacang merah, dicampur dan dimasak bersamaan dengan nasi putih. Masyarakat Sumba sendiri menikmati nasi jagung ini dengan lauk pauk lainnya seperti aneka sayur berkuah dan ayam. Nasi ini tentu sangat menarik untuk dicoba karena banyak mengandung gizi yang baik dan berenergi untuk Anda yang sedang dalam perjalanan.


Rumpu Rampe

Rumpu Rampe atau sayur daun pepaya merupakan sayuran kaya serat yang sering dikonsumsi masyarakat Sumba. Sayuran ini diolah dengan mentumis campuran bunga pepaya, daun pepaya, daun singkong, jantung pisang, cabai, dan bumbu dapur lainnya. Walau terdiri dari daun dan bunga pepaya, sayuran ini tidak terasa pahit karena bumbu-bumbu yang telah menyerap ke dalam sayur telah menetralisir rasa pahitnya. Hidangan ini adalah salah satu menu wajib dalam pesta masyarakat Sumba. Jadi bagi kalian yang belum pernah mencoba bunga pepaya atau jantung pisang, wajib mencicipi sayur Rumpu Rampe ini.


Daun Ubi

Daun ubi menjadi salah satu sayur yang banyak kita temui di Nusantara. Namun perbedaannya dengan daun ubi yang ada di pulau Sumba ini, sayur daun ubi di sini ditumbuk bersamaan dengan beras lalu direbus menggunakan kuah santan, yang menjadikannya bertekstur kental. Penggabungan beras dan daun ubi inilah yang membuatnya berbeda, dengan rasa nikmat gurihnya kuah santan yang melebur di lidah saat menyantapnya. Daun ubi ini sangat cocok untuk disantap bersama dengan nasi jagung.


Manu Pata’u Ni

Manu Pata’u Ni adalah penyebutan untuk santapan berupa ayam kampung yang dimasak hingga empuk dengan campuran kuah santan. Sajian ayam ini menjadi salah satu menu yang disuguhkan kepada tamu yang datang. Masyarakat Sumba biasanya menyajikan dengan memberikan ayam utuh yang telah dimasak menjadi Manu Pata’u Ni kepada tamu. Ketika dihidangkan, salah satu bagian ayam diserahkan kembali kepada tuan rumah, dan sebagian lagi bisa dinikmati oleh tamu. Budaya ini dimaknai agar manusia dapat saling menghargai satu sama lain dan tidak menyisakan makanan agar rezeki berjalan lancar.


Sup Ayam Waingapu

Rasa asam yang menyegarkan dengan daging ayam empuk, beserta irisan tomat, belimbing wuluh, dan daun kemangi membuat menu ini memiliki cita rasa yang berbeda dari sup ayam lainnya. Kombinasi antara kaldunya yang gurih dan asamnya yang menyegarkan akan membuat kita terus teringat akan cita rasanya. Sup ayam ini wajib kalian coba saat mengunjungi Pulau Sumba.


Manggulu

Manggulu atau dikenal juga sebagai dodol Sumba merupakan makanan khas dari Sumba Timur yang terbuat dari pisang, gula merah, dan kacang tanah. Bentuknya panjang dan dibungkus daun pisang atau daun lontar. Rasa manis dan asam menjadi ciri khas makanan ini. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Pisang perlu dijemur selama 3 hari, kemudian ditumbuk dan dicampurkan ke dalam gula merah beserta kacang tanah yang telah disangrai. Makanan ini memiliki sejarah dengan masa kolonial Belanda, di mana para pasukan tentara memakan Manggulu yang memiliki rasa manis untuk menahan lapar.


Kadapet Watara

Kadapet Watara merupakan kue kering khas Sumba yang terbuat dari jagung, pisang dan kacang tanah, yang dibungkus dengan daun jagung. Selain menjadi makanan ringan rumahan maupun menjadi salah satu hidangan dalam upacara adat, makanan ini telah berkembang menjadi oleh-oleh khas Sumba. Adonan yang berbentuk bulat dan dibungkus rapi mempermudah kita untuk membawanya dengan amat praktis. Sekilas makanan ini terlihat seperti wajik, dengan rasa gurih dan juga manis. Bagi kalian yang berkunjung ke Sumba jangan lupa untuk mencoba makanan tradisional yang satu ini, atau menjadikannya sebagai oleh-oleh untuk keluarga yang menanti di rumah.

Artikel : Ibna Alfattah | Foto : Travelinkmagz