Awalnya, benteng ini dibangun tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan kondisi yang amat sederhana. Bangunan ini kemudian berubah fungsi, bentuk, dan kepemilikan untuk tahun-tahun seterusnya, namun tetap menjadi saksi bisu akan kolonialisme Belanda terhadap Indonesia.

Meski fungsi utamanya sebagai benteng pertahanan dan tempat pasukan Belanda mengawasi Keraton, Vredeburg sendiri bermakna ‘perdamaian‘, sebagai representasi satu masa ketika Belanda dan Kesultanan Yogyakarta tidak saling menyerang.

Kini benteng yang difungsikan sebagai museum ini menyimpan cerita sejarah perjuangan Republik Indonesia, terutama yang terjadi di sekitar Yogyakarta. Mulai dari Perang Diponegoro, kongres pertama Budi Utomo, hingga peran Sultan Hamengkubuwono IX dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, semua terhantarkan baik lewat diorama-diorama di museum ini.

Sebagai tempat yang menumbuhkan semangat juang dan kemerdekaan Indonesia, Museum Benteng Vredeburg juga dilengkapi dengan wahana interaktif, perpustakaan, dan ruang audio visual yang memutar film perjuangan.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Iqbal Fadly & George Timothy
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.