Pos

Rantai Mutiara di Laut Jawa

 

Laju kehidupan dan gemerlap ibu kota seakan memberi janji bagi para pendatang dari luar kota untuk mengadu nasib di Jakarta. Tingkat urbanisasi yang terus mengalami kenaikan ini menjadikan Jakarta sebagai kota terpadat kedua di dunia. Kesibukan jam kerja yang seolah-olah tanpa henti pun kerap berujung pada terbatasnya waktu bersama keluarga dan kerabat.

Rekreasi maupun liburan menjadi prioritas kesekian setelah kepentingan dunia kerja. Nongkrong untuk memperluas jaringan dan memenuhi gaya hidup metropolitan dianggap sudah cukup menjawab kebutuhan bersantai warga ibu kota.

Waktu telah menjadi satu hal yang sangat berharga, sehingga liburan untuk sejenak keluar dari kepenatan ibu kota yang dapat diperoleh dalam waktu singkat pun senantiasa menjadi persoalan bagi warga Jakarta.

Salah satu jawaban dari situasi tersebut sebenarnya dapat Travelers temui di satu wilayah yang dijuluki Maldiven van Java. Predikat yang didapat karena keelokan kumpulan pulau-pulau tropis layaknya di Maladewa ini, melekat pada Kepulauan Seribu yang masih berada di bawah administrasi DKI Jakarta.

Kepulauan Seribu

Menikmati keindahan biota laut menjadi salah satu aktivitas utama di Kepulauan Seribu.

Mendengar nama Kepulauan Seribu sudah pasti Travelers langsung membayangkan jika pulau yang ada di sana berjumlah seribu. Faktanya, jumlah pulau yang ada di Kepulauan Seribu berjumlah 342. Namun layaknya pulau-pulau lain di Indonesia, sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu tidak berpenghuni, melainkan hanya pulau-pulau pasir dan terumbu karang, baik yang bervegetasi maupun yang tidak.

Walau terletak berdekatan dengan Jakarta, budaya penduduk Kepulauan Seribu cukup berbeda dengan masyarakat Betawi. Budaya dan karakteristik masyarakat Kepuluan Seribu justru terlahir dari perpaduan budaya Banten, Kalimantan, Sunda, dan suku Mandar dari Sulawesi. Hasil campuran tersebut lalu menghasilkan satu budaya dan karakter yang baru, yakni kebudayaan ‘Orang Pulo’.

Sebagai destinasi liburan, Kepulauan Seribu menawarkan berbagai aktivitas air yang seru seperti snorkeling, diving dan memancing. Jika Travelers tertarik untuk mengunjungi Kepulauan Seribu, berikut adalah rekomendasi beberapa pulau.


• PULAU ONRUST

Sempat menjadi wilayah pertahanan VOC, Pulau Onrust masih menjadi rumah bagi beberapa bangunan peninggalan penjajahan Belanda seperti benteng pertahanan dan pelabuhan kuno, walaupun bentuknya memang sudah tidak utuh seperti sedia kala. Untuk menuju ke sini, Travelers bisa memilih paket trip yang disediakan oleh trip organizer, biasanya hanya tersedia one day trip dengan tujuan destinasi seperti Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Untung Jawa. Harga paket trip pun bervariasi, namun masih terjangkau, apalagi jika Travelers pergi beramai-ramai dan bisa sharing harga.


• PULAU PRAMUKA

Sebagai pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka menawarkan fasilitas yang paling lengkap dibandingkan pulau-pulau lainnya, baik fasilitas umum maupun fasilitas penunjang pariwisata. Salah satu aktivitas yang wajib Travelers lalukan di Pulau Pramuka adalah mengunjungi pelestarian salah satu satwa dilindungi yaitu penyu sisik. Travelers dapat mencapai Pulau Pramuka menggunakan perahu motor tradisional dari pelabuhan Kali Adem Muara Angke atau dengan speedboat dari dermaga kapal Marina Ancol. Dari pulau ini, Travelers juga dapat mengunjungi beberapa pulau sekitar yang tak kalah memikat, seperti Pulau Semak Daun untuk camping, Pulau Air untuk snorkeling atau sekadar menikmati pemandangan matahari terbenam. Daya tarik pulau-pulau sekitarnya dapat Travelers nikmati dengan menyewa ojek kapal. Di Pulau Pramuka juga tersedia penginapan yang disewakan oleh warga dengan harga yang cukup terjangkau.


• PULAU HARAPAN

Dengan jarak kurang lebih 30 menit dari Pulau Pramuka, Pulau Harapan salah satu destinasi yang sering dikunjungi di Kepulauan Seribu. Letaknya yang jauh dari ibu kota menjadikan Pulau Harapan dan sekitarnya jarang tersentuh sehingga masih minim dari polusi. Setibanya di Pulau Harapan, Travelers langsung disambut oleh air laut yang bening, sehingga snorkeling untuk menikmati pesona keindahan terumbu karang pun menjadi salah satu aktivitas pilihan. Perlengkapan snorkeling juga tersedia untuk disewa dengan harga yang terjangkau. Hilir mudik ojek kapal kerap terlihat mengantar pengunjung yang ingin berkeliling hingga ke pulau sekitarnya seperti Pulau Macan, Pulau Genteng, Pulau Papa Theo, Pulau Dolphin dan Pulau Bira. Biasanya Travelers membutuhkan waktu seharian untuk mengunjungi lebih dari tiga pulau sebelum kembali ke penginapan setelah matahari terbenam.


• PULAU BIRA

Pulau resort yang kian digemari oleh wisatawan ini terletak tidak jauh dari Pulau Harapan. Daya tarik Pulau Bira terletak di keindahan pantai landainya dengan pasir putih serta air yang bening. Selain bersantai di tepi pantai sambil menikmati suara ombak dan jernihnya air laut, Travelers juga dapat melakukan atktivitas snorkeling maupun diving. Mengingat memang ada keterbatasan jumlah cottages yang tersedia, Travelers yang berkunjung ke Pulau Bira hendaklah memesan penginapan jauh sebelum hari keberangkatan. Karena Pulau Bira bukanlah pulau berpenghuni, maka jangan heran apabila sering melihat ojek kapal yang berlabuh di dermaga. Sebagian mengantar tamu dan sebagian lagi mengantarkan makanan dari Pulau Harapan. Malam hari di Pulau Bira, Travelers dapat bersantai di dermaga sembari mendengarkan deburan ombak dan menikmati taburan bintang.

Pulau Gosong

Pesona salah satu pulau gosong di Kepulauan Seribu.

Akses menuju Kepulauan Seribu dapat menggunakan kapal dari Kali Adem Muara Angke dengan waktu tempuh sekitar 1.5 hingga 3.5 jam, tergantung destinasi yang dituju. Ingin tiba lebih cepat? Maka Travelers dapat menggunakan speedboat dari Marina Ancol dengan waktu tempuh 1 hingga 1.5 jam tergantung destinasi yang dituju.

Selain empat pulau di atas, tentunya masih ada pulau-pulau lainnya seperti Pulau Bidadari, Pulau Macan dan Pulau Sepa yang juga menawarkan keindahan Kepulauan Seribu, lengkap dengan layanan resort dan fasilitasnya. Aktivitas yang ditawarkan kurang lebih hampir sama yaitu island hopping, snorkeling, dan diving.

Suguhan keindahan dan keseruan wisata pulau bagi warga Jakarta yang kerap kali memilki keterbatasan waktu, berhasil menjadikan Kepulauan Seribu sebagai salah satu destinasi liburan incaran. Jadi sudah siap untuk membuat itinerary staycation di Kepulauan Seribu? Ayo bersiap untuk mendapatkan pengalaman seru yang tidak jauh dari ibu kota!

Artikel : Nelce Muaya | Foto : George Timothy


Mengamati Fauna Liar di Metropolis

 

Seperti yang kita ketahui, Jakarta merupakan kota metropolitan yang terkenal dengan semarak dan gemerlapnya. Namun di sisi lain, sudah menjadi lumrah menyandingkan nama Jakarta dengan kemacetan dan polusi. Maka dari itu, kebutuhan Jakarta akan ruang terbuka hijau telah menjadi konsentrasi dari berbagai pihak untuk terus digalakkan, sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran udara. Ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta dapat memberikan udara segar serta alternatif baru bagi warga ibu kota untuk ikut andil dalam konservasi alam sedini mungkin.

Salah satu ruang hijau terbuka yang ada di Jakarta adalah kawasan Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk yang terletak di utara ibu kota. Terletak di garis pantai dengan kadar garam yang tinggi, kawasan yang lebih akrab disebut TWA Mangrove ini adalah sebuah ekosistem lahan basah yang didominasi oleh beberapa jenis pepohonan mangrove.

Biasa tumbuh di atas rawa-rawa, tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai, kawasan hutan bakau atau mangrove memiliki berbagai fungsi. Mulai dari mencegah erosi dan abrasi pantai hingga mencegah intrusi laut atau perembesan air laut ke tanah daratan yang menyebabkan air tanah menjadi payau dan tidak layak untuk dikonsumsi. Melalui akar-akarnya, pepohonan mangrove ini berfungsi sebagai pelindung bagi tanah agar terhindar dari pengikisan yang disebabkan oleh air.

Selain sebagai upaya untuk menstabilkan ekosistem pantai yang berada tidak jauh dari Jakarta, keberadaan ruang hijau terbuka ini juga dipercaya dapat menyerap karbondioksida lima kali lebih banyak daripada hutan tropis. Sehingga menjadi sebuah keuntungan bahwa di tengah kota Jakarta yang memiliki tingkat polusi udara yang cukup tinggi, masih terdapat surga hijau seluas 99,82 hektar yang dapat dinikmati oleh warga ibu kota dan sekitarnya. Tidak hanya sebagai konservasi alam saja, TWA Mangrove pun dapat dimanfaatkan sebagai pariwisata, rekreasi alam bahkan sebagai sarana edukasi.

Sebagai bagian dari kawasan hutan Angke Kapuk dan selain merumahi beberapa jenis mangrove, TWA Mangrove juga menjadi habitat bagi beragam satwa liar yang hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi. Saat menelusuri perairan TWA Mangrove, Travelers akan menemui beragam jenis burung seperti cangak abu, cekakak sungai, belibis, belekok, elang laut, kokokan laut, dan itik benju yang terbang bebas ataupun hinggap di pepohonan.

TWA_Mangrove

Suaka bagi sejumlah kehidupan fauna liar, biota yang dapat ditemukan di TWA Mangrove Angke Kapuk saat ini mencerminkan ekosistem alami yang dulu dapat ditemukan di seluruh pesisir Jakarta.

Selain itu, ada pula satwa liar lainnya seperti biawak air, udang bakau dan ikan gelodok. Semua dapat Travelers jumpai dengan menyewa speedboat seharga Rp.30.000 per orang, dengan minimum empat orang setiap perjalanannya. Setiap menyewa speedboat, Travelers akan ditemani oleh sepasang pemandu yang sudah hafal akan seluk-beluk kawasan ini. Sepanjang perjalanan, mereka akan menjelaskan satwa-satwa apa saja yang dijumpai dan kebiasaan para satwa ini. Demi keamanan pengunjung, speedboat pun sudah dilengkapi dengan life vest.

Selain menggunakan speedboat, Travelers juga dapat menelusuri kawasan TWA Mangrove dengan berjalan kaki untuk menikmati suasana alami nan asri berkat deretan tumbuhan mangrove di dalamnya. Mulai dari mangrove jenis api-api, bakau, bidara, warakas, buta-buta hingga cantinggi, semuanya membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk dapat terlihat rimbun seperti di kawasan ini.

Salah satu aktivitas lainnya yang terbuka bagi umum, baik secara individu maupun kelompok, adalah penanaman bibit mangrove di beberapa titik yang telah ditentukan. Uniknya, setelah bibit diberikan dan ditanam, Travelers juga dapat memberikan nama untuk tumbuhan mangrove tersebut. Aktivitas ini merupakan salah satu cara TWA Mangrove untuk menarik perhatian dan mendidik publik akan isu konservasi alam, terutama kelestarian ruang terbuka hijau di ibu kota

Terletak di Kelurahan Kamal Muara, tak jauh dari Yayasan Buddha Tsu Chi Indonesia, TWA Mangrove dapat diakses melalui Toll JORR atau dengan transportasi umum seperti TransJakarta. Dengan lokasi yang cukup strategis ini, tak heran apabila TWA Mangrove telah menjadi salah satu destinasi liburan di Jakarta.

Namun perlu diingat, bagi Travelers yang membawa kamera masuk untuk melakukan sesi foto bersama kerabat maupun keluarga, TWA Mangrove memang mengenakan biaya tambahan. Biaya ini tentunya sepadan saat Travelers dapat menyaksikan indahnya pemandangan matahari terbenam di antara hutan mangrove.

TWA_Mangrove

Aktivitas safari dengan menyusuri sungai di TWA Mangrove Angke Kapuk.

Selain itu, TWA Mangrove juga menawarkan fasilitas penginapan bagi Travelers yang ingin merasakan bermalam di tengah suasana hutan mangrove. Sudah dilengkapi dengan AC, TV Cable, WiFi, serta kamar mandi dengan air panas, letak penginapan ini pun tidak jauh dari restoran yang menyajikan masakan khas Indonesia.

Untuk menjamin kenyamanan pengunjung, fasilitas lain yang ditawarkan di TWA Mangrove adalah masjid, aula, area bermain anak dan perkemahan, serta kamar mandi. Penawaran khusus seperti pembebasan tiket masuk ke TWA Mangrove tersedia di tiap hari Sabtu dan Minggu, khusus untuk Travelers yang datang sebelum pukul 07:00 atau untuk yang berusia di atas 60 tahun. Bagi teman-teman pelajar dan mahasiswa, ada pula harga khusus yang ditawarkan yaitu Rp15.000 per orang yang berlaku setiap Senin hingga Jumat.

Bagi Travelers yang ingin menghabiskan waktu di Jakarta namun ingin beristirahat dari riuhnya ibu kota, maka menjelajahi TWA Mangrove adalah pilihan yang tepat. Bagai firdaus tersembunyi di tengah belantara pencakar langit, pesona panorama suakanya akan memberikan ketenangan yang tak ada duanya.

Artikel : Nelce Muaya | Foto : Nelce Muaya, George Timothy

  • Fakta

    Sebelum mulai dikembangkan pada tahun 1998, area Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk sempat menjadi kawasan pertambakan liar. Namun saat ini, hamparan seluas 99,82 ha ini telah dimaanfaatkan sebagai suaka alam dan tempat rekreasi yang turut mengurangi tingkat polusi di Jakarta dengan rimbun pepohonan mangrove-nya.



Hutan Bebatuan di Antara Awan

Fantastis mungkin merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keindahan Rammang-Rammang. Bentangan pegunungan karst ini termasuk di dalam kelompok pegunungan karst terbesar di dunia. Belum ada sumber pasti yang menetapkan pegunungan karst mana yang terbesar, sejauh ini pegunungan karst terbesar yang ada di antaranya Tsingy di Madagaskar, Shilin di Cina dan Halong Bay di Vietnam. Namun, Rammang-Rammang disebut -sebut sebagai pegunungan karst ter­besar nomor dua di dunia.

Dalam perjalanan menuju ke sini, Travelers akan disuguhkan rangkaian tebing karst memesona yang menjulang tinggi. Menyusuri sungai ini memakan waktu selama 20 menit dengan perahu. Katinting merupakan sebutan untuk perahu yang bisa disewa dengan harga Rp 250.000-Rp 300.000 untuk jumlah penumpang sekitar 5-8 orang. Pengunjung akan melewati Sungai Puthe sambil menikmati barisan pohon nipah dan pohon lontar untuk tiba di Kampung Berua, Dusun Rammang-Rammang.

Terletak di Kampung Berua, Dusun Rammang-Rammang merupakan bagian dari Desa Salenrang, Kecamatan Bantoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Secara administratif, Kampung Berua merupakan kampung termuda di Dusun Rammang-Rammang. Letaknya berada di sebelah utara kota Makassar, berjarak 40 km dan dapat ditempuh dengan kurun waktu 1 jam perjalanan dari kota Makassar. Rammang-Rammang pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 2014 oleh masyarakat setempat. Menjelang akhir pekan, kawasan ini bisa didatangi 600-700 pengunjung.

Rammang-Rammang

Perjalanan menyusuri Sungai Puthe, jalur transportasi utama bagi masyarakat yang tinggal di Rammang-Rammang.

Nama Rammang-Rammang diambil dari bahasa Makassar ‘rammang’ yang memiliki arti kabut atau awan. Menurut masyarakat setempat, dinamakan Rammang-Rammang karena seringnya awan atau kabut yang turun di pagi hari atau saat hujan turun. Di dalam kawasan wisata Rammang-Rammang, pengunjung dapat mengunjungi tempat ikonik lainnya yang berada di dalam kawasan wisata ini seperti Telaga Bidadari berisi air tawar, Padang Ammarrung, Gua Kingkong di kaki perbukitan karst, serta Gua Kunang-kunang yang memancarkan titik-titik cahaya terang jika beranjak masuk ke dalamnya.

Jika berkesempatan mengambil gambar menggunakan drone, Travelers bisa melihat keindahan Rammang-Rammang dari atas layaknya panorama Hutan Amazon. Musim terbaik untuk berkunjung ialah saat musim kemarau karena pemandangannya akan lebih menawan tanpa terhalang oleh kabut.

Pagi hari merupakan waktu yang tepat untuk menjelajah Rammang-Rammang. Sungai yang asri, suasana desa yang masih alami, keramahan penduduk Kampung Berua serta didukung oleh hamparan luas perbukitan karst yang menambah kian fantastis pemandangan di pagi hari.

Saat pagi hari Travelers masih bisa melihat aktivitas penduduk Dusun Rammang-Rammang yang sedang menebar jala untuk menjala ikan dengan latar matahari yang baru saja terbit. Pemandangan ini yang menjadikan kawasan ini bukan tempat wisata yang biasa.

Jika Travelers ingin menghabiskan waktu lebih lama, tersedia juga penginapan yang dikelola oleh penduduk setempat. Setelah puas memanjakan mata dengan bentangan karst alami, Travelers bisa beristirahat kemudian melanjutkan jelajah Rammang-Rammang keesokan harinya dengan mengunjungi tempat-tempat lainnya yang tidak kalah menarik.

Artikel : Nelce Muaya | Foto : George Timothy

  • Rammang Rammang, Salenrang, Bontua, Bontonlempangan, Bontoa, Bontonlempangan, Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 90561

  • Jam Operasional

    Buka setiap hari (senin – minggu) pukul 09.00 – 17.00 WITA


Mengunjungi Kerajaan Kupu-kupu

Keunggulan Indonesia yang beriklim tropis yaitu hampir setiap daerah di Indonesia memiliki taman nasional dengan ciri khas masing-masing. Di Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibukota Makassar dapat dijumpai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berada sekitar 40 km dari kota Makassar atau sejauh 60 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung atau yang lebih dikenal dengan nama TN Babul ini juga mempunyai bentang alam karst yang menakjubkan di berbagai sudutnya.

Dimulai dari pintu masuk loket pengunjung, terlihat adanya jalan setapak untuk menyusuri kawasan TN Babul. Jalan setapak yang terbuat dari semen ini diapit oleh rimbunan pepohonan layaknya jalan menuju hutan. Berbagai wisata disuguhkan mulai dari Helena Sky Bridge, Museum Kupu-kupu, gua-gua dengan juntaian stalagmit dan stalagtit, lorong sepanjang 1500 m, pesona Gunung Bulusaraung serta kesegaran Air Terjun Bantimurung yang mengalir deras. Ketinggian air terjun ini sekitar 15 m dengan lebar hampir 20 m yang mengalir melalui rangkaian gundukan batu kapur besar.

Helena Sky Bridge

Helena Sky Bridge yang memacu adrenalin.

Terdapat pilihan yang dapat dilakukan jika Travelers mengunjungi air terjun Bantimurung seperti river tubing dan arung jeram. Tetapi, atraksi ini hanya dapat beroperasi pada musim kemarau, dikarenakan pada musim penghujan debit air akan meningkat sehingga dapat membahayakan pengunjung. Cara lain menikmati TN Babul yaitu dengan memilih atraksi flying fox yang menawarkan keindahan panorama TN Babul beserta gugusan karst dari ketinggian.

Berdiri di atas lahan seluas 43.750 ha, TN Babul merupakan ruang habitat bagi sedikitnya 711 jenis tumbuhan dan 735 jenis satwa liar. Kawasan TN Babul terbagi ke dalam tiga tipe ekosistem utama yaitu ekosistem karst, ekosistem hutan hujan dan ekosistem hutan pegunungan bawah. Keanekaragaman serta populasi kupu-kupu yang melimpah di kawasan ini membuat Alfred Russel Wallace, seorang naturalis ternama dari Inggris, menjulukinya The Kingdom of Butterfly.

Jika berkunjung ke Taman Kupu-kupu, terdapat dua lokasi yang bisa dikunjungi yaitu Museum Kupu-Kupu dan penangkaran kupu-kupu. Selain menambah kesejukan, kehadiran Museum Kupu-kupu merupakan sarana konservasi dan edukasi bagi masyarakat umum yang berkunjung.

Di Museum Kupu-kupu, Travelers bisa mempelajari kehidupan kupu-kupu dan proses metamorfosisnya. Mulai dari telur yang dilanjutkan menjadi ulat, pupa, kepompong hingga kupu-kupu. Travelers dapat melihat ratusan kupu-kupu yang hidup di taman nasional ini dengan ragam jenis, warna dan ukuran yang tertata rapi dalam koleksi museum termasuk dua primadonanya yaitu papilio androcles dan papilio blumei. Androcles terkenal dengan bentuk sayapnya yang cantik menjuntai. Sedangkan blumei memiliki keunikan warna biru yang jarang dimiliki satwa lain. Dalam jumlah besar, kupu-kupu di TN Babul dapat ditemui saat pagi hari.

Museum Kupu-kupu

Museum Istana Kupu-kupu di area Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Sedikitnya ada 247 jenis kupu-kupu yang berhasil teridentifikasi di kawasan TN Babul dengan lokasi survey mencakup Bantimurung, Ara, Pattunuang, Bu’rung, Mario, Parigi, Leang Londrong, Mallenreang, Kampoang, Bangkeng Sakeang, Tombolo, Pattompongan dan Gunung Bulusaraung. Beberapa di antaranya termasuk di dalam spesies kupu-kupu langka.

Pengembangan fasilitas rekreasi sempat mengurangi lahan berkembang biak kupu-kupu yang mengakibatkan berkurangnya jumlah spesies kupu-kupu di TN Babul. Beranjak dari hal tersebut, pihak pengelola mulai mengambil sikap untuk melakukan penanaman pohon dan tanaman bunga yang menjadi rumah bagi kupu-kupu yang bertelur. Bagi wisatawan lokal cukup membeli tiket masuk dengan harga Rp25.000 per orang, sedangkan untuk wisatawan mancanegara memiliki harga berbeda yaitu sekitar Rp250.000. Dari penjualan tiket ini, pihak pengelola TN Babul memiliki target untuk terus memperbaiki fasilitas yang ada.

Nah, bagi para pecinta extreme sport, kawasan ini cukup menantang dengan suguhan sekitar 200 gua yang bisa ditelusuri. Salah satunya adalah Leang Pute, di mana pengunjung dapat turun dengan teknik Single Rope Technique (SRT) ke dasar gua yang memiliki kedalaman sekitar 270 m lalu pengunjung akan dipandu untuk menyusuri gua dengan berjalan kaki.

Leang Pute merupakan salah satu gua vertikal yang disebut sebagai gua terdalam di Indonesia. Perlengkapan untuk menyusuri gua pun sudah disediakan yakni harness, tali, pakaian khusus, sepatu boot, helm serta headlamp menjadi peralatan wajib yang digunakan oleh para pengunjung yang ingin mencoba aktivitas olahraga ekstrem ini.

Masih berhubungan dengan extreme sport, apakah Travelers bersedia untuk menyusuri Gua Mimpi lengkap dengan stalagtit dan stalagmit yang memukau? Perlu diingat, aktivitas ini sangat membutuhkan fisik yang fit untuk menyusuri gua sepanjang 1,4 km serta mendaki gunung sekitar 500 mdpl dengan kondisi yang cukup terjal.

Air terjun

Air Terjun Bantimurung, gemuruh air yang jatuh pada batu kapur.

Tidak pernah sepi dari pengunjung, TN Babul cocok bagi Travelers yang ingin meluangkan waktu bersama keluarga. Silahkan memilih untuk berkunjung di hari biasa jika Travelers ingin menikmati alam di kawasan ini dengan lebih maksimal karena pengunjung yang datang akan lebih sedikit dibandingkan saat hari libur. TN Babul menjadi salah satu spot yang wajib dikunjungi jika berkunjung ke Makassar.

Masih menjadi perbincangan di kalangan para turis mancanegara mengenai harga tiket yang dipatok untuk wisatawan asing terlalu mahal dibandingkan dengan taman nasional lainnya di Indonesia yang memiliki alam lebih memukau. Tetapi tidak mengurungkan niat para wisatawan lokal yang ingin menghabiskan waktu bersama kerabat maupun keluarga di TN Babul. Bulan September-Oktober merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi TN Babul. Jika beruntung, akan bertemu dengan kawanan kupu-kupu yang turut menyambut kedatangan Travelers.

Artikel : Nelce Muaya | Foto : George Timothy, Iqbal Fadly, Ayub Ardiyono

  • Catatan
    • Konon, arti kata ‘bantimurung’ adalah ‘membanting kemurungan’. Taman nasional ini memang selalu ramai akan pengunjung yang mencari rekreasi bersama keluarga di tengah pesona alamnya.
    • Pada tahun 1857, naturalis terkenal Alfred Russel Wallace mendata 256 jenis kupu-kupu di kawasan Bantimurung dan menyebut tempat ini sebagai ‘Kerajaan Kupu-kupu’.

  • Jln. Poros Maros-Bone Km.12, Kalabbirang, Bantimurung, Kalabbirang, Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 90561

  • Hubungi

    (0411) 388 0252

  • Jam Operasional

    Buka setiap hari (senin – minggu) 24 jam


Galeri Seni Manusia Purba

Sebagai negara yang kaya akan sejarah, Indonesia memiliki beberapa peninggalan zaman prasejarah yang menjadi bagian dari identitas bangsa untuk diabadikan dan dilestarikan. Penemuan situs prasejarah membuktikan bahwa nenek moyang orang Indonesia sejak dahulu telah meyakini kepercayaan animisme yaitu pemujaan terhadap roh pada benda-benda tertentu selain makhluk hidup. Salah satu wisata sejarah yang terletak di pegunungan karst unik dan menarik ini dalam bahasa setempat disebut ‘Leang’ yang berarti ‘gua’.

Leang-Leang masih berada di dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros. Akses menuju ke sana tidak terlalu baik tetapi pemandangan di sekitarnya cukup indah menemani Travelers tiba di pintu masuk Leang-Leang. Hamparan bebatuan hitam besar yang tertumpuk rapi di dataran luas menambah eksotis kawasan purbakala yang dapat ditempuh dari Bandara Sultan Hasanuddin menggunakan angkutan umum. Kawasan ini pertama kali ditemukan oleh dua orang arkeolog dari Belanda bernama Van Heekeren dan CHM Heeren Palm saat melakukan penelitian pada tahun 1950.

Penggambaran kehidupan zaman purbakala dapat dijumpai di Gua Pettae dan Gua Petta Kere. Travelers dapat mengunjungi kedua gua tersebut karena letaknya berdekatan. Gua Pettae ditandai dengan pagar besi setinggi 1,5 m. Dari pintu masuk sudah tampak gambar telapak tangan yang menjadi ikon gua ini. Terlihat lima gambar telapak tangan tetapi hanya tiga telapak tangan yang bergambar utuh.

Taman Wisata Leang Leang

Sejumlah gua di Kompleks Taman Purbakala Leang-Leang menjadi ‘kanvas’ bagi lukisan-lukisan purba yang berusia 30 – 40 ribu tahun.

Menurut masyarakat sekitar, gambar telapak tangan utuh memiliki makna menangkal bala sedangkan gambar telapak tangan dengan empat jari saja memiliki arti berdukacita. Gambar telapak tangan tersebut dibuat dengan teknik negative hand stencil yaitu menyemprotkan warna pada tangan kemudian ditempelkan ke permukaan dinding gua. Warna merah pada seluruh gambar ini diperkirakan berasal dari batuan mineral yang mengandung pigmen merah yang kemudian meresap ke dalam pori-pori dinding gua dan membuatnya bertahan hingga ribuan tahun lamanya.

Berjarak 300 m dari Gua Pettae, terdapat Gua Petta Kere yang dapat diakses melalui dua jalur. Jalur utama yaitu melewati akses yang sudah baik, jalur kedua dengan menaiki anak tangga di antara bebatuan yang menyempit. Suhu udara di dalam gua sekitar 30°C dengan tingkat kelembaban dalam rongga gua berkisar 70% sedangkan kelembaban dinding gua berkisar dari 15%-25%.

stencil tulisan tangan purbakala

Lukisan purba Leang-Leang dianggap sebagai salah satu lukisan
purba tertua nomor tiga di dunia.

Di dalam Gua Petta Kere terdapat lebih banyak stensil telapak tangan. Terdapat 27 stensil telapak tangan, 17 stensil di antaranya merupakan stensil telapak tangan utuh. Selain stensil telapak tangan, terdapat juga gambar binatang yang sedang melompat dengan anak panah tertancap di bagian dada.

Menurut analisa yang dilakukan oleh seorang zoologi, D.A Hooijer, gambar tersebut menggambarkan babirusa. Diperkirakan stensil tangan dan gambar tersebut berusia lebih dari 5000 tahun. Pola stensil di Leang Pettae dan Petta Kere, berkelompok acak yang umumnya terdapat di titik-titik yang sulit dijangkau. Stensil tangan serta lukisan tersebut menggambarkan aktivitas keseharian dan sistem kepercayaan yang dianut pada masa itu.

Situs prasejarah ini dibuka mulai pukul 08:00-18:00 WITA dengan harga tiket masuk Rp 10.000 per orang. Pengelola menyediakan jasa pemandu bagi pengunjung yang ingin mendapatkan informasi lebih banyak mengenai Leang-Leang.

Taman Wisata Leang Leang

Dinding karst yang memesona di Leang-Leang.

Terdapat sekitar 230 gua prasejarah yang sudah terdata di kawasan Maros-Pangkep, sekitar 80 gua di antaranya memiliki peninggalan prasejarah di dalamnya. Berdasarkan jumlah tersebut, diyakini masih banyak terdapat gua-gua lainnya yang belum dieksplor. Seluruh peninggalan prasejarah ini menjadi bagian identitas bangsa untuk dilestarikan agar generasi selanjutnya dapat memahami asal muasal nenek moyang.

Artikel : Nelce Muaya | Foto : George Timothy, Iqbal Fadly, Ayub Ardiyono

  • Leang-Leang, Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 90561

  • Jam Operasional

    Buka setiap hari (senin – minggu) pukul 08.00 – 18.00 WITA