Pos

Menilik Trend Kedai Kopi di Tanoh Gayo

Masyarakat Provinsi Aceh, khususnya masyarakat Gayo, sangat sulit dipisahkan dari yang namanya kopi. Kedai kopi sangat banyak kita temui di Gayo. Baik siang maupun malam, berbagai lapisan masyarakat mengisi kedai-kedai kopi untuk bersantai minum kopi.

Tidak terbatas dari yang tua maupun muda, pria atau wanita, semua mampu berbaur tanpa sekat dan batas. Bisa dikatakan, kopi ibarat nafas bagi Orang Gayo yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sebagai komoditas utama di Tanoh Gayo, banyak masyarakat Gayo yang setuju dengan istilah setempat: “Dari kopi kami hidup, maka dari kopi pula kami mati”.

Budaya minum kopi ini sudah sejak dahulu masyarakat Gayo lakukan, menjadi kebiasaan yang mendarah daging hingga kini sebagai teman disaat ngobrol dan kerja, apalagi mayoritas penghidupan masyarakat Gayo adalah sebagai petani kopi.

Sajian kopi ini juga tidak hanya di kedai-kedai kopi melainkan di setiap rumah masyarakat Gayo. Bahkan sejak dulu, kalau ada orang bertamu ke rumah orang Gayo pasti kopi akan tersedia sebagai suguhan utama dengan makanan ringan lainnya.

Dalam beberapa tahun kebelakang, kopi asal Dataran Tinggi Gayo semakin terkenal dan lebih sering kita dengar dalam dunia perkopian di dalam negeri maupun mancanegara. Kopi gayo ini termasuk dalam jenis arabika terbaik di pasar dunia. Perkebunan kopi yang telah dikembangkan sejak 1908 ini tumbuh subur di Dataran Tinggi Gayo, yang menjadikannya produksi kopi arabika terbesar di Asia yang memiliki cita rasa yang khas dan nikmat.

Seiring itu, pola sajian kopi di warung-warung kopi di Gayo juga mengalami perubahan kearah sajian modern. Jika biasanya sajian minum kopi hanya dengan menggunakan cara tradisional, kini mulai berkembang menggunakan alat modern seperti coffee maker maupun mesin espresso.

Ciri penikmat kopi juga mulai berubah. Jika di kedai kopi biasanya pemesan kopi hanya memesan kopi sanger atau kopi hitam, kini menu varian kopi di kedai kopi modern atau coffee shop lebih banyak kita dapati. Tidak diragukan lagi kalau dari segi cita rasa, kopi gayo sangat menjaga kualitasnya bahkan beberapa produsen kopi besar di indonesia mengambil biji kopi gayo sebagai pelengkap cita rasa kopi mereka. Dan untungnya, untuk menikmati cita rasa kopi gayo yang terkenal di seluruh mancanegara ini, kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak, namun cukup dengan Rp.12.000 kita bisa menikmati espresso single origin gayo.

Sekitar tahun 2008, kedai kopi yang bernama Bergendal memperkenalkan konsep kedai kopi modern di Dataran Tinggi Gayo, tepatnya di Gegerung, Kabupaten Bener Meriah. Kedai kopi ini sangat eksis sejak pertama kali dibuka, para pengunjung yang sangat antusias dan penasaran dengan konsep yang diberikan Bergendal kopi ini membuat kedai kopi ini selalu ramai, dari kalangan muda ataupun tua semuanya berbaur bersama di kedai kopi yang bergaya modern ini.

Dengan berjalannya waktu kedai-kedai kopi modern ini pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Kedai-kedai kopi ini selalu dijejali penikmat dan pecandu kopi. Selain untuk menikmati kopi itu sendiri mereka juga menjadikan kedai-kedai kopi modern ini sebagai tempat bergaul dan diskusi. Dan persaingan kedai kopi ini pun terus berlangsung, tidak hanya dari cita rasa dan menu, tapi juga dari tampilan dan konsep kedai-kedai kopi yang di berikan.

Para pengunjung di setiap kedai kopi itu juga berbeda-beda kalangan, sesuai konsep kedai kopi itu sendiri. Seperti kedai kopi ARB, kedai kopi ini sangat mengikuti perkembangan dunia kopi dengan sangat baik, ditambah desain dan tempat yang sangat modern. Membuat para remaja dan pemuda sering berkumpul di sini, untuk berdiskusi atau hanya sekedar menikmati kopi dengan teman.

Lain halnya dengan Seladang kopi, kedai kopi ini memiliki konsep yang sangat unik dan menarik walau hanya memiliki mesin kopi manual. Tapi tidak membuat para pengunjung atau wisatawan cemberut di kedai kopi ini, kedai kopi ini memiliki konsep yang sangat fresh yaitu minum kopi di kebun kopi.

Dengan konsep itulah kedai kopi ini mendatangkan pengunjung lokal maupun luar, untuk merasakan suasana minum kopi di alam terbuka dengan pemandangan di kelilingi pohon kopi. Ada pula kedai kopi yang juga menjadi favorit yaitu Galeri Kopi Indonesia, yang menawarkan pengalaman belajar mengenal dan membuat kopi langsung di kebun kopi.

Dengan semakin banyaknya kedai-kedai kopi modern, maka lapangan perkerjaan pun mulai terbuka lebar dan membuat para remaja-remaja Gayo semakin tertarik dengan kopi. Pihak pemerintahpun mencoba tanggap dengan keadaan ini dengan membuka pelatihan-pelatihan barista atau roaster, atau event pertandingan menyeduh kopi. Dan hingga tahun-tahun kedepan, Dataran Tinggi Gayo diharapkan akan terus menjadi surga bagi semua penikmat kopi di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.

Artikel : Ibna Alfattah | Foto : George Timothy & Iqbal Fadly

Kesempurnaan Dalam Rasa Pahit

“Bismillah, Siti Kewe
Kunikahen ko urum kuyu
Wih kin walimu
Tanoh kin saksimu
Lo kin saksi kalammu.”

“Bismillah, Siti Kewe
Kunikahkan kau dengan angin
Air sebagai walimu
Tanah sebagai saksimu
Matahari sebagai saksi kalammu.”

Barisan kalimat tersebutlah yang diucapkan para petani kopi di Tanoh Gayo pada masa lampau, seiring kopi mereka mulai menampakkan bunga-bunga putih yang menari-nari kecil tertiup angin. Mantra Siti Kewe di atas adalah bentuk doa agar kopi-kopi dapat tumbuh dengan subur. Dimana bunganya akan berubah untuk menghasilkan buah-buah kopi yang dapat membawa banyak rezeki bagi para petaninya.

Siti Kewe sendiri adalah nama lain untuk kopi dalam bahasa Gayo. Dan mantra Siti Kewe ini manggambarkan kesakralan tersendiri dalam bagaimana masyarakat Gayo memandang kopi.

Hingga saat ini kopi tidak hanya menjadi komoditas utama dan sumber penghidupan bagi masyarakat di Tanoh Gayo. Bagi mereka, kopi juga menjadi suatu kebanggaan dan bagian dari budaya yang telah mendarah daging.

Awal mulanya, kopi dibudidayakan oleh pemerintahan Belanda di masa kolonial. Kondisi daerah yang berada di ketinggian, berbukit, dan dengan curah hujan yang tinggi membuat Tanoh Gayo menjadi kawasan yang tepat untuk budidaya kopi.

Perkebunan kopi yang di tahun 1908 hanya berada di tepian Danau Lut Tawar lambat-laun merambak ke kaki Gunung Bur Ni Telong, hingga ke daerah Gayo Lues. Sekarang, Dataran Tinggi Gayo merupakan penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia, bahkan di seluruh Asia.

Kopi gayo memang terkenal di seluruh dunia karena aroma tajam yang khas dan variasi rasanya yang unik. Kopi arabika gayo bahkan sempat menjadi salah satu kopi termahal di dunia. Salah satu keunikan kopi gayo adalah rasanya yang sangat bervariasi.

Di seluruh Gayo, lokasi kebun yang berbeda menghasilkan kopi dengan cita rasa yang juga berbeda. Ada beberapa hal yang menyebabkan perbedaan cita rasa ini, seperti ketinggian dari permukaan laut, kemiringan tanah, tingkat keasaman tanah serta jenis tanah vulkanik dan non vulkanik.

Varietas kopi yang ditanam di Tanoh Gayo pun bermacam-macam, dengan processing pasca panen yang juga beraneka ragam. Seluruh faktor tersebut membuat kopi gayo kaya akan variasi rasa serta aroma, menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, khususnya turis asing penikmat kopi, untuk datang ke Tanoh Gayo memburu kopi-kopi dengan rasa terbaik.

Lebih dari 70 persen masyarakat Gayo adalah petani kopi, dengan lahan kebun yang pada umumnya diwariskan secara turun-temurun. Banyak dari orang Gayo yang dapat menyekolahkan anak-anak hingga ke jenjang perguruan tinggi berkat kopi.

Namun sayangnya, masih banyak petani kopi di desa-desa yang belum sejahtera. Kebanyakan dari mereka tidak menyadari akan potensi dari kopi di kebun mereka untuk dapat memaksimalkan kualitas dan profit bagi para petani itu sendiri. Ancaman terhadap kopi gayo juga datang dari perubahan iklim yang semakin nyata dampaknya, apalagi terhadap jenis kopi arabika yang hanya dapat hidup di iklim sejuk.

Kopi gayo merupakan salah satu komoditas yang sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia, dimana semakin besarnya permintaan asing yang melirik kopi gayo untuk diekspor ke negaranya masing-masing, terutama Amerika, Jepang dan Eropa.

Kenikmatan kopi gayo memang semakin terdengar dalam beberapa tahun terakhir. Para petani dan pengusaha kopi di Tanoh Gayo terus menjaga dan meningkatkan kualitas kopi gayo demi mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, lewat harum aroma kopinya.

Perjalanan Anda ke Tanoh Gayo belumlah sempurna sebelum Anda menjelajah hamparan perkebunan kopi nan mempesona dimana Anda bisa melakukan coffee hunting, membeli kopi langsung dari para petaninya. Pastikan Anda datang saat musim panen di bulan April-Mei atau Oktober-November.

Kopi-kopi yang berbuah merah seperti ceri membuatnya lebih menawan dipandang mata, dan Anda bisa ikut memetik kopi sambil bersenda gurau dengan para petani setempat. Selain itu, di Takengon juga terdapat beberapa festival panen yang akan menambah kesan di kunjungan Anda dengan pertunjukan seni tradisional hingga pertunjukan musik jazz yang menjadi perayaan tahunan di Tanoh Gayo kala panen.

Anda dapat mencoba kopi-kopi gayo specialty dengan cita rasa kelas dunia namun harga yang sangat merakyat di kedai-kedai kopi lokal. Dimana terdapat banyak pengamat kopi yang akan selalu antusias untuk menemani Anda berdiskusi seputar kopi gayo mulai dari sejarahnya, proses, hingga perannya dalam masyarakat Gayo sehari-hari. Pembicaraan hingga larut itu tentu saja harus ditemani secangkir kopi gayo. Dan rasa kopi yang melekat di lidah, dijamin akan menagih Anda untuk memesan cangkir berikutnya.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : George Timothy & Mardiansyah BP