Raungan Sang Dewa Angin
Gunung Raung adalah stratovolcano atau gunung api kerucut yang terbaring di antara tiga kabupaten di Jawa Timur: Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi. Gunung api dengan empat puncak ini menjulang sebagai titik tertinggi di rantai Pegunungan Ijen. Ketinggiannya bahkan membuatnya terlihat dari beberapa bagian di Pulau Bali.
Dengan letusan terakhirnya di tahun 2015 silam, Gunung Raung memang termasuk ke dalam daftar gunung api yang paling aktif di Nusantara. Bahkan dalam sejarahnya, tidak jarang gunung ini ‘meraungkan’ kedahsyatannya hingga memakan korban jiwa.
Gunung Raung yang juga menjadi salah satu gunung tertinggi di Jawa Timur ini berdiri sebagai kekayaan alam dengan potensi wisata yang menawarkan pesona keindahan berikut tantangannya tersendiri. Pendakian Gunung Raung mengundang minat para petualang dan pecinta alam dari seluruh Indonesia, walau pendakiannya juga disebut sebagai salah satu pendakian gunung yang paling ekstrem di Pulau Jawa.
Petualangan mendaki Gunung Raung dapat ditempuh lewat dua jalur pendakian yaitu jalur Sumber Waringin via Bondowoso atau Kalibiru via Banyuwangi. Pendakiannya rata-rata membutuhkan waktu 3-5 hari. Seperti aktivitas pendakian gunung lainnya, seluruh pendaki diharuskan untuk menyiapkan surat keterangan sehat, mendaftar dan membayar tarif terlebih dahulu. Para pendaki juga disarankan untuk menyewa jasa porter untuk memandu, mempermudah dan membantu menjaga keselamatan selama pendakian, mengingat beratnya medan yang akan ditempuh selama pendakian.
Travelers akan melewati sejumlah pos pendakian yang memiliki nama yang unik serta cerita yang seru dibalik penamaannya. Dan seperti banyak bentang alam lain di seluruh Indonesia, Gunung Raung tentu tidak lepas dari sejumlah mitos dan cerita yang berbau mistik. Sebut saja Pos Pondok Demit, yang menurut mitos setempat merupakan pasar bagi para makhluk gaib.
Ada juga Pos Mayit, yang konon pada zaman penjajahan sempat ditemukan jenazah seorang Belanda yang tergantung di salah satu pohonnya. Pos Angin, salah satu pos terakhir sebelum menuju puncak, dipercaya sebagai bekas lokasi Kerajaan Macan Putih yang misterius dan menyimpan gerbang rahasia menuju dimensi lain.
Puncak Sejati sebagai titik tertinggi dari Gunung Raung memang menawarkan panorama istimewa akan kaldera keringnya. Bagai mulut raksasa yang menganga dan terus mengeluarkan asap putih serta gemuruh suara yang mengagumkan. Untuk mencapainya dibutuhkan pemahaman serta perlengkapan climbing.
Puncak Gunung Raung memang dipenuhi bongkahan batu-batu besar yang berserakan dan menjadi panorama yang mencolok. Pengalaman memuncak di Gunung Raung akan dipenuhi dengan tantangan memanjat batu hingga menelusuri jalan kecil dengan jurang nan curam di kanan dan kirinya.
Di puncak, kuatnya hembusan angin memang terdengar bagai raungan sang dewa di telinga. Angin yang bertiup amat kencang kadang mengharuskan pendaki untuk duduk agar tidak kehilangan keseimbangan hingga terjatuh ke dasar jurang.
Gunung Raung senantiasa menarik minat banyak para petualang pemberani untuk bisa menginjakkan kaki di puncaknya. Selain kesiapan yang matang dan fisik yang memungkinkan, menaklukkan Gunung Raung hingga puncak tertingginya jelas membutuhkan tekad, kalau bukan kenekatan. Para pendaki juga harus memiliki konsentrasi dan kewaspadaan penuh selama proses memuncak.
Hanya jerih payah, niat dan keberanian para pendakilah yang dapat menikmati pesona dari Puncak Sejati. Dengan megahnya view kaldera kering terbesar kedua di Indonesia, sambil menghirup nafas segar di antara angin puncak yang bertiup kencang.