Pos

Mencegah Kepunahan Orangutan Sumatra

Sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Taman Nasional Gunung Leuser adalah salah satu spot wisata favorit bagi turis mancanegara dengan orangutan sumatra yang kerap menjadi daya tarik utamanya. Walau dulunya orangutan hidup di seluruh kawasan Asia Tenggara, kini orangutan hanya dapat dijumpai di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra. Dan untuk dapat menjumpai orangutan sumatra dari jarak dekat, Anda bisa berkunjung ke taman nasional yang berada di Tanoh Gayo ini.

Dengan usia yang bisa mencapai 40-50 tahun, orangutan sumatra hidup berdampingan dengan masyarakat yang mendiami kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Di Gayo Lues sendiri, orangutan sangat mudah untuk dijumpai. Dari Desa Kedah, hanya dengan sedikit trekking Anda sudah bisa bertemu orangutan liar di belantara rimba Gunung Leuser. Walau sering terlihat berkeliaran di sekitar pemukiman penduduk, orangutan sumatra umumnya adalah binatang yang pemalu, apalagi dengan manusia.

Orangutan sumatra memiliki postur yang lebih kecil dari kerabatnya di Pulau Kalimantan. Dengan bulu berwarna kemerahan, panjang tubuh orangutan dapat mencapai 1,25 hingga 1,5 meter, dengan berat yang berkisar antara 50-90 kg untuk jantan, dan 30-50 kg untuk betinanya. Orangutan jantan umumnya penyendiri, sedangkan orangutan betina sering dijumpai dalam kelompok bersama anak-anaknya.

Orangutan betina memiliki interval antar tiap kehamilan yang cukup lama, yaitu satu anak dalam setiap 8 tahun. Waktu kehamilan orangutan juga mirip dengan manusia, yaitu kurang lebih 9 bulan. Setelah lahir, anak orangutan akan diasuh oleh ibunya hingga usia sekitar 7 tahun, dan seorang anak orangutan akan memiliki ikatan yang sangat erat dengan ibunya.

Pada dasarnya, jumlah populasi orangutan sumatra jauh lebih sedikit dibandingkan orangutan Kalimantan, dan sayangnya, jumlah populasi orangutan sumatra ditakutkan akan terus berkurang kedepannya.

Terdapat estimasi bahwa orangutan sumatra akan menjadi salah satu spesies great apes pertama yang punah di alam liar. Mengapa? Banyaknya pembukaan hutan untuk perkebunan dan pemukiman, serta pembalakan liar semakin mengurangi habitat alami dari begitu banyak orangutan sumatra. Kebakaran hutan dan perburuan juga menjadi penyebab merosotnya populasi orangutan sumatra di alam liar.

Saat ini, terdapat banyak organisasi dari luar maupun dalam negeri yang berjuang untuk menyelamatkan orangutan sumatra dari ancaman kepunahan. Orangutan adalah hewan yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang hampir mirip dengan manusia, dengan kemiripan DNA yang mencapai 95%. Maka dari itu, sebagai kerabat terdekat dari spesies kita, kelangsungan hidup orangutan sumatra di alam liar adalah tanggung jawab kita bersama.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Mardiansyah BP

Petualangan Belantara yang Sesungguhnya

Di tahun 2016 yang lalu, media sempat dihebohkan dengan berita tentang Leonardo DiCaprio dan Adrien Brody, bintang film ternama dunia, mengunjungi Provinsi Aceh untuk berlibur sekaligus menunjukan partisipasi dan dukungan terhadap pelestarian lingkungan hidup. Lokasi yang dikunjungi DiCaprio dan Brody, tidak lain adalah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), salah satu taman nasional terbesar di Indonesia yang mencakup 2 provinsi: Aceh dan Sumatra Utara. Taman nasional ini termasuk sebagai bagian dari The Tropical Rainforest Heritage of Sumatra, gabungan wilayah konversi alam yang dilindungi oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia sejak tahun 2004.

TNGL merupakan kumpulan beberapa cagar alam yang terbentang dari Aceh hingga Sumatra Utara dengan berbagai kontur dan bioma alam, mulai dari hutan rawa, hutan bakau, hutan subalpine, hingga hutan hujan dataran rendah. Begitu banyak fauna langka yang akan Anda jumpai untuk pertama kalinya disini sebagai rumah bagi sekian banyak satwa lindung, seperti beruang madu, orangutan sumatra, gajah sumatra, badak sumatra, burung enggang, siamang dan masih banyak lagi. Flora langka seperti rafflesia, titan arum, dan berbagai jenis kantong semar juga tersebar liar menanti Anda di TNGL.

TNGL adalah gugusan pegunungan yang berada di tengah jajaran Bukit Barisan bagian utara dengan luas sekitar 1,094,692 ha, menjadikannya area belantara hutan hujan tropis terluas di Asia Tenggara. Dan sorotan utamanya, tentu terletak pada sang gunung dimana nama taman nasional ini sendiri diambil: Gunung Leuser.

Pendakian Gunung Leuser umumnya dimulai dari Kedah, sebuah desa kecil di Gayo Lues yang menjadi pos terdekat untuk mencapai puncak. Di Kedah, pendaki biasa disambut oleh Pak Rajali atau akrabnya Mr. Jali, seorang pemandu lokal yang dikenal sebagai ‘juru kunci’ dari wisata pendakian Gunung Leuser. Pendakian Gunung Leuser termasuk salah satu wisata pendakian yang cukup menantang di seluruh Indonesia, yang membutuhkan kondisi prima dan kemantapan hati dari tiap pendaki. Mengapa? Karena pendakian Gunung Leuser membutuhkan kisaran waktu 10-16 hari pulang pergi untuk mencapai ke puncaknya. Jumlah hari yang tidak menentu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan fisik Anda saat pendakian. Pendakian Gunung Leuser memakan waktu begitu lama karena mengharuskan pendaki melewati lika-liku hutan, perbukitan, dan setidaknya 7 gunung sebelum tiba di puncak Gunung Leuser.

Perjalanan pendakian Anda tentu saja akan melewati berbagai rintangan yang seru seperti jalan berlumut yang licin, rimbun kanopi tebal yang menutupi Anda dari sinar mentari, hingga binatang liar yang melintas bebas. Hal yang unik lainnya kala mendaki Gunung Leuser adalah soal perbekalan. Dimana dari awal pendakian, Anda akan menimbun perbekalan sepanjang perjalanan yang beberapa hari kemudian, Anda akan gali kembali untuk keperluan logistik saat penurunan. Ini semua untuk mensiasati jumlah beban yang harus Anda bawa serta kecukupan logistik selama pendakian, mengingat lamanya jumlah hari yang akan Anda lewati selama berada di Gunung Leuser.

Demi keamanan, sebelum mendaki Anda akan diharuskan untuk melapor dan melewati proses izin terlebih dahulu kepada pihak yang berwajib, serta memastikan menyewa porter dalam perjalanan Anda sebagai pemandu di tengah belantara hutan. Pemandu di Gunung Leuser terkenal akan pengetahuan alamnya yang profesional. Dilengkapi juga dengan selingan humor dan skill memasak dari bahan-bahan sederhana namun rasa yang istimewa, para pemandu Gunung Leuser akan menjadi sahabat yang dapat dengan segera memulihkan kelelahan Anda dalam pendakian.

Ada beragam rute pendakian yang bisa Anda lalui, dan semuanya memberikan berbagai view keindahan alam yang akan membuat Anda terpesona. Apalagi ketika Anda menginjakkan kaki di salah satu dari 3 puncak yang memberikan keunikan tersendiri akan gunung ini. Ketiga puncak itu adalah puncak Leuser (3,119 mdpl), puncak Loser (3,404 mdpl), dan puncak Tanpa Nama (3,466 mdpl), yang menjadi puncak tertinggi kedua di Pulau Sumatra setelah puncak Indrapura Gunung Kerinci yang berada di perbatasan Provinsi Sumatra Barat dan Provinsi Jambi.

Seluruh perjuangan menerobos hutan akan sepadan setelah menyaksikan keasrian alam Bumi Pertiwi dengan keindahan alam yang jauh dari sentuhan peradaban. Anda dapat menghirup segarnya oksigen dari alam bebas dengan suguhan hamparan hijau Taman Nasional Gunung Leuser yang juga dikenal mancanegara sebagai paru-paru dunia. Pendakian Gunung Leuser adalah sebuah petualangan yang benar-benar memicu adrenalin, menambah wawasan, dan akan membekas untuk Anda kenang seumur hidup.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Rainforest Lodges Kedah & Mardiansyah BP