Pos

Akan Safari di Timur Jawa

Begitu tiba di Banyuwangi dan sekitarnya, Travelers akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang kaya akan flora dan fauna. Tak disangka jika ujung timur Pulau Jawa ini menjadi habitat bagi satwa-satwa liar yang dilindungi dan aneka macam tanaman langka.

Eksotisme ketiga taman nasional yang ada di Banyuwangi dan sekitarnya ini menghadirkan pesona tersendiri di tiap kawasannya. Berikut ialah beberapa taman nasional (TN) yang mengelilingi Banyuwangi dengan keunikannya masing-masing.

Taman Nasional Alas Purwo

Diyakini sebagai hutan tertua di Pulau Jawa, TN Alas Purwo terkenal angker dan keramat. Warga setempat yang mayoritas memeluk agama Islam dan Hindu ini masih datang ke TN Alas Purwo setiap tanggal 1 Suro untuk bersemedi dan bertapa. Konon, Alas Purwo merupakan tempat pelarian rakyat Majapahit dari penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi di dalam kawasan TN Alas Purwo yaitu Situs Kawitan, Gua Istana, Gua Mayangkoro, Gua Padepokan, Gua Persembunyian dan Meriam Jepang. Pura Giri Salaka merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit dari abad ke-14 yang ditemukan oleh warga secara tidak sengaja pada tahun 1967.

Beberapa mitos pun kerap kali bermunculan. Masyarakat sekitar meyakini bahwa di dalam taman nasional ini terdapat gapura-gapura gaib yang hanya bisa dilihat setelah melakukan ritual brata, yakni meditasi secara tiga hari berturut-turut tanpa makan dan minum serta dilarang untuk memiliki amarah kepada siapapun. Sesudah melakukan ritual brata, gapura gaib lengkap dengan para prajuritnya baru akan menampakkan wujudnya.

Tak hanya itu, TN Alas Purwo yang memiliki jenis tanah liat berpasir hampir di keseluruhan area, juga memiliki objek wisata lainnya yang sayang untuk dilewatkan. Objek wisata bahari seperti Plengkung atau G-Land, Cungur, Marengan, Triangulasi, Pancur, Pasir Putih, Sembulungan, Perpat dan Teluk Banyubiru dapat Travelers kunjungi saat tiba di kawasan taman nasional yang didominasi oleh rimbunan pohon mahoni ini.

Lokasi TN Alas Purwo berada di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, dengan luas 43.420 ha serta ketinggian 322 mdpl. Taman Nasional yang diresmikan pada tahun 1993 ini memiliki beberapa padang Sadengan, yaitu area yang berfungsi sebagai penggembalaan dan monitoring banteng jawa. Inisiatif ini dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi banteng jawa yang mulai berkurang di setiap tahunnya.

Di area penggembalaan ini pun sengaja ditempatkan sumber air buatan bagi banteng jawa dan satwa lainnya. Adanya area Sadengan ini pun memudahkan pengawas dalam menghitung jumlah populasi satwa yang ada. Terdapat 50 jenis mamalia, 700 jenis flora, 320 jenis burung, 48 jenis hewan reptil dan 15 jenis amfibi.

Satwa yang dapat ditemui di TN Alas Purwo di antaranya yaitu lutung, kera abu-abu, rusa, biawak, kijang, ajag, macan tutul dan babi hutan. Jika tiba di pagi hari sekitar pukul 06.00-10.00, Travelers bisa menyaksikan kawanan merak yang beriringan keluar.

Tipe hutan hujan dataran rendah yang secara geografis berada di ujung tenggara Pulau Jawa ini memiliki beberapa tipe ekosistem di dalamnya. Di antaranya yaitu hutan bambu, hutan pantai, hutan mangrove, hutan alam serta hutan tanaman.

Pesona keindahan yang ditawarkan menjadikan TN Alas Purwo ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO-PBB dan Geopark Nasional. Perbaikan infrastruktur menuju TN Alas Purwo menjadi salah satu alasan adanya kenaikan pengunjung mencapai 53,5 % atau sejumlah 211.049 orang di tahun 2018. Sejumlah fasilitas pun telah dibangun untuk mendukung kenyamanan para pengunjung seperti kantin, musala dan toilet.

Meskipun akses ke TN Alas Purwo sudah cukup baik, tapi sampai saat ini belum ada kendaraan umum yang melintasi kawasan tersebut. Pilihan terbaik ialah menggunakan kendaraan pribadi ataupun menyewa mobil. Rute dari Banyuwangi bisa memilih untuk mengarah ke Rogojampi kemudian melanjutkan ke arah Srono lalu mengambil arah ke Muncar. Setelah bertemu dengan perempatan Tembok, belok kanan menuju Pasar Sumberberas hingga tiba di Tegaldlimo. Dari situ bisa melanjutkan ke arah Pos Retribusi Karcis Rowobendo.

Dengan membeli tiket masuk TN Alas Purwo sebesar Rp 15.000 per orang, Travelers sudah berada di dalam kawasan TN Alas Purwo yang termasuk di dalam minat khusus yakni wisata religi, wisata spiritual, bahari maupun sejarah. Himbauan untuk para pengunjung agar menaati setiap peraturan yang ada di dalam kawasan TN Alas Purwo serta menghormati pengunjung lainnya yang kerap kali datang untuk melakukan kunjungan religi.


Taman Nasional Baluran

Taman nasional berikutnya berada di Situbondo, kabupaten di sebelah utara Banyuwangi. Taman Nasional Baluran merupakan kawasan konservasi serta habitat dari berbagai macam flora dan fauna. Eksotiknya alam Baluran yang sempat ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa pada tahun 1962, mengundang wisatawan baik itu domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke taman nasional dengan luas 25.000 ha ini.

Rumput sabana yang terbentang luas merupakan tempat di mana pengunjung bisa menyaksikan kerumunan satwa secara langsung berkeliaran layaknya di Afrika. Menyusuri taman nasional yang diresmikan pada tahun 1980 ini, Travelers akan bertemu dengan banteng jawa yang menjadi maskot Taman Nasional Baluran.

TN Baluran memiliki luas zona sekitar 12.000 ha. Rimba seluas 5.537 ha, perairan 1.063 ha dan daratan 4.574 ha. TN Baluran juga merupakan rumah bagi 444 jenis tumbuhan dan 26 jenis mamalia. Sempat mengalami kebakaran pada bulan Juli 2018, tidak mengurungkan niat pengunjung yang ingin melihat secara langsung banteng jawa, kerbau liar, rusa, kancil, kijang, kucing bakau, macan tutul, burung merak, burung ayam hutan merah dan satwa lainnya yang ada di TN Baluran.

Dugaan sementara, kebakaran hutan dipicu oleh kondisi kemarau dan adanya orang yang membuang puntung rokok sembarangan. Pengunjung dihimbau untuk lebih waspada jika sudah memasuki kawasan TN Baluran, terlebih lagi saat musim kemarau. Dedaunan kering yang menumpuk akan dengan mudah terbakar jika disulut oleh percikan api.

Terletak di tiga wilayah yaitu Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, nama Baluran diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini yaitu Gunung Baluran. TN Baluran terdiri dari sabana, hutan mangrove, hutan hijau, hutan tropis, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah dan hutan rawa. Di TN Baluran juga disediakan area camping yang sudah memiliki fasilitas kamar mandi dan air bersih.

Karena keindahan alamnya yang eksotik serta keragaman flora dan fauna, TN Baluran memiliki beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Di antaranya yaitu Bekol, Pantai Bama, Gua Jepang, Curah Tangis, Manting, Dermaga, Evergreen Forest, Lempuyang, Teluk Air Tawar dan Candi Bang.


Untuk melihat banteng jawa, kerbau liar, burung ayam hutan, rusa, burung merak, kijang, Travelers dapat singgah di Pos Bekol. Area Bekol ditandai dengan adanya kerangka kepala banteng dan kerbau liar yang digantung di sebuah papan.

Bekol sangat cocok bagi Travelers yang ingin hunting foto bertema kehidupan satwa liar. Namun, jika Travelers ingin menikmati suasana pantai, menyelam, snorkeling di area TN Baluran, bisa menyempatkan diri untuk singgah di Pos Bama. Lain halnya bagi pecinta olahraga panjat tebing, Travelers bisa singgah di Pos Curah Tangis yang memiliki tebing dengan ketinggian 10-30 meter serta tingkat kemiringan hingga 85 derajat.

Tidak ada waktu khusus yang ditetapkan untuk mengunjungi TN Baluran yang berjarak 45 km atau sekitar 1-1,5 jam dari Banyuwangi ini. Musim kemarau merupakan waktu yang pas untuk melihat hamparan sabana yang membentang luas, sedangkan keindahan bunga-bunga bisa dlihat pada waktu musim hujan.

Dari kota Banyuwangi Travelers bisa menggunakan bus menuju Terminal Probolinggo kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus tujuan Pelabuhan Ketapang lalu turun di pintu masuk TN Baluran. Jika memiliki kendaraan pribadi, Travelers bisa memilih jalur Banyuwangi-Batangan yang menempuh jarak 35 km dilanjutkan menuju arah Bekol sekitar 12 km. Jalur Bekol-Bama ini menuntun Travelers hingga ke pintu masuk TN Baluran.

Memang untuk menuju ke sana cukup menyita waktu, tetapi Travelers tidak akan menyesal begitu tiba di kawasan TN Baluran. Jangan lewatkan ke menara pandang untuk melihat lanskap TN Baluran yang dihuni oleh satwa liar yang berkeliaran dengan bebas. Menjelang matahari terbenam, terlihat gerombolan satwa yang hendak kembali ke habitatnya berbaris rapi dengan latar belakang senja yang indah layaknya film dokumenter yang ada di National Geographic.


Taman Nasional Meru Betiri

Terletak di pesisir selatan Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Pesanggaran di wilayah Banyuwangi dan Jember, Jawa Timur. Kawasan ini merupakan konservasi alam dengan luas 58 ha. Sama seperti Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo, Travelers juga bisa mendapati kehidupan satwa-satwa liar secara langsung. Satwa liar yang dilindungi di TN Meru Betiri di antaranya yaitu banteng, macan tutul, ajag, rusa, monyet ekor panjang, merak, penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, rusa, kucing hutan dan elang.

Yang membedakan TN Meru Betiri dengan kedua taman nasional lainnya yang ada di Banyuwangi ialah terdapat tempat penangkaran penyu. Bahkan dalam jangka waktu tertentu, pihak pengelola melepaskan tukik atau anak penyu di Pantai Sukamade yang masih berada di dalam kawasan TN Meru Betiri ini.

Pesona TN Meru Betiri semakin memukau sebagai habitat bagi bunga Rafflesia zollingeriana yang memiliki diameter 15-33 cm dengan kepala sari berjumlah 32-40 butir. Nama Meru Betiri diambil dari nama dua gunung yang ada di dalam kawasan ini, Gunung Meru dan Gunung Betiri.

Dahulu sebelum ditetapkan menjadi taman nasional, Meru Betiri telah dibuka oleh Belanda sebagai salah satu wilayah perkebunan. Maka tak heran jika di balik rimbunnya hutan TN Meru Betiri, masih terdapat perkebunan karet yang masih beroperasi hingga sekarang.

Mendukung potensi wisata yang ada, beberapa fasilitas penginapan juga disediakan untuk para pengunjung yang ingin menghabiskan malam. Tak hanya itu, fasilitas seperti kantin, musala, kamar mandi umum dan area parkir pun sudah tersedia. Jika menelusuri TN Meru Betiri, Travelers akan menjumpai beberapa pantai elok yang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan.

Selain Kawah Ijen, ternyata Banyuwangi dan sekitarnya memiliki tiga taman nasional dengan ciri khas masing-masing. Sungguh keistimewaan yang patut dibanggakan oleh Provinsi Jawa Timur karena pesona alamnya yang luar biasa. Potensi wisata yang dimiliki oleh Banyuwangi, mendorong pemerintah setempat untuk bekerja lebih keras lagi untuk semakin memperkenalkan pariwisata Banyuwangi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Artikel : Nelce Muaya | Foto : George Timothy

Pantai Plengkung

Dijuluki ‘The Seven Giant Waves Wonder’ karena memiliki tujuh gulungan ombak, Pantai Plengkung atau yang akrab disebut G-Land oleh wisatawan mancanegara berada di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

G-Land merupakan pantai dengan ombak tertinggi di dunia setelah Hawaii. Maka tidak heran banyak peselancar dari mancanegara yang ingin menaklukkan ombak di pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ini. Sudah tidak asing lagi jika di sini dijadikan tuan rumah untuk kompetisi peselancar kelas internasional di antaranya Quicksilver Pro Surfing Championship dan Da Hui Pro Surfing World Championship.

Dentuman suara ombak dengan ketinggian dimulai dari 3 hingga 8 m menyambut kedatangan para wisatawan yang berkunjung ke sini, baik itu peselancar profesional bahkan peselancar pemula sekalipun. Ombak di G-Land terkenal karena cukup panjang dan memiliki kecepatan yang tinggi.

Beberapa akomodasi setempat juga menyediakan jasa untuk belajar surfing yang didampingi oleh beberapa mentor ahli. Pada bulan April-Agustus, Travelers bisa menyaksikan antusias para surfer untuk memacu adrenalin dalam menembus gulungan ombak.

Di sana juga pengunjung bisa menyewa kapal jungkung berkapasitas 4 orang untuk mengambil foto surfing lebih dekat. Berjarak 85 km dari Banyuwangi, rute menuju ke G-Land dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan angkutan umum.

Dari kota Banyuwangi, Travelers bisa menggunakan bus dari Terminal Karangente menuju Kalipait lalu dilanjutkan dengan menyewa mobil atau ojek ke Pasar Anyar. Dari Pasar Anyar, Travelers bisa menumpang mobil pick up sampai di Pos Pancur. Setelah tiba di Pos Pancur, pengunjung bisa memilih untuk berjalan kaki sejauh 9 km atau menyewa kendaraan ber­kapasitas 15 orang yang disediakan oleh pihak Taman Nasional Alas Purwo dengan biaya sekitar Rp 250.000 per rombongan.

Alternatif lainnya yaitu dengan menempuh jalur laut dari Pantai Grajagan dengan menggunakan speed boat atau perahu nelayan. Untuk wisatawan dari Bali, bisa juga memilih menggunakan speed boat langsung ke G-Land yang menempuh perjalanan selama 2 jam.

Dikarenakan belum banyak tempat pilihan makanan yang tersedia serta jarak lokasi wisata Taman Nasional Alas Purwo yang berjauhan, pengunjung disarankan untuk membawa persediaan makanan yang cukup. Selain itu, penggunaan tabir surya sangat penting jika Travelers berkunjung di siang hari apalagi saat musim kemarau. Untuk menjaga kelestarian dan keindahan alamnya, pengunjung diharapkan untuk membuang sampah ke tempat yang sudah disediakan oleh pengelola setempat.

Artikel : Linda Ochy, Nelce Muaya | Foto : Adipati Dolken