Kekayaan alam Indonesia memang sudah tidak asing lagi di mata dunia, termasuk di kepulauan Maluku yang bukan hanya rempahnya yang melegenda, tapi juga keragaman hayati lautnya yang melimpah. Kabupaten Maluku Barat Daya menyimpan ekologi laut yang masih relatif terjaga dibanding lokasi lain di Maluku yang menyimpan lebih dari 20% potensi sumber daya laut nasional. Hal ini menjadikan Maluku Barat Daya sebagai salah satu kawasan konservasi dan pengelolaan perikanan yang diprioritaskan.

Selain perikanan, Maluku Barat Daya juga kaya akan hasil laut lainnya seperti rumput laut. Di Pulau Luang, hampir seluruh masyarakatnya telah mengembangkan budidaya rumput laut. Bahkan hingga ke anak-anak di Pulau Luang turut membantu orang tuanya mengurus rumput laut setelah pulang sekolah. Pulau Luang yang dikenal tandus dan tidak cocok untuk pertanian, menyimpan kekayaan di perairannya. Perairan Pulau Luang yang tenang dan tidak bergelombang membuatnya cocok untuk berkembangnya rumput laut yang berproduksi sekitar 400 ton per bulan di Maluku Barat Daya.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : George Timothy

Paradoks dalam Sesulang Sopi

Diproduksi ditengah-tengah hutan dengan cara tradisional yang amat sederhana, yaitu dengan mengambil air nira dari pohon aren (sageru dalam bahasa Maluku) yang kemudian disuling dengan suhu panas. Uapan air dari proses tersebutlah yang menghasilkan sopi, minuman khas Maluku yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakatnya sebagai lambang kebersamaan, persaudaraan, dan persatuan. Namun, sopi adalah minuman yang masih dipandang ilegal oleh pemerintah.

Kata ‘sopi’ sendiri berasal dari kata zoopje, Bahasa Belanda yang berarti alkohol cair. Minuman ini memiliki kadar alkohol rata-rata di atas 30%, dan dijual di banyak kios-kios kecil yang tersebar di Maluku. Sampai saat ini sopi adalah elemen penting dalam budaya Maluku yang sering dijumpai dalam keseharian masyarakatnya. Mengingat melimpahnya pohon aren di Maluku, maka hampir di setiap upacara adat sopi selalu tersedia layaknya sake dalam budaya masyarakat Jepang.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : George Timothy

Pulau Moa yang identik dengan Gunung Kerbaunya tentu memiliki santapan berbahan utama daging kerbau yang dikeringkan menjadi dendeng yang tahan lama hingga dapat dikonsumsi sewaktu-waktu. Selain dagingnya, kerbau-kerbau di Pulau Moa juga dikenal sebagai penghasil susu. Bahkan, susu-susu dari kerbau ini sering kali mencukupi kebutuhan air minum bagi masyarakat Pulau Moa di musim kemarau.

Santapan bergizi ini dapat Anda rasakan lewat gurihnya dendeng kerbau yang diselingi dengan secangkir susu kerbau segar khas Pulau Moa.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Istimewa

Tarian yang menggambarkan sukacita setelah meraih kemenangan perang dari Desa Oirata. Dengan perlengkapan seperti pedang dan tombak serta topi yang terbuat dari bulu ayam, tarian ini ditampilkan oleh kaum pria yang berpasang-pasangan yang diakhiri dengan adegan duel diantara keduanya.

Kegagahan dan keberanian masyarakat Maluku Barat Daya tercermin dari Tari Kerpopo yang juga dikenal sebagai tari perang, jenis tarian yang banyak dijumpai di daerah timur Indonesia.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Istimewa

Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian utama di Kabupaten Maluku Barat Daya. Hidangan yang terbuat dari olahan jagung, kacang merah dan irisan ketela pohon dicampur santan ini merupakan sajian khas untuk menyambut tamu besar, serta menjadi santapan pesta adat di Pulau Moa, Letti, Lakor dan sekitarnya.

Sedangkan di Pulau Kisar yang merupakan penghasil jagung terbesar di Maluku Barat Daya, bubur jagung banyak disantap sebagai menu sarapan pagi.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Istimewa