Pesona Magis

Tana Humba

“Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh”

Barisan kalimat tersebut diambil dari sebuah puisi berjudul Beri Daku Sumba yang ditulis pada tahun 1970 oleh Taufiq Ismail, salah satu penyair ternama tanah air. Beliau sendiri belum pernah mengunjungi Sumba saat ia menulis puisi tersebut. Segala keindahan dan keunikan Sumba hanya ia dengar dari cerita-cerita semata. Cerita gambaran keindahan yang menembus jauh ke dalam imajinasi, hingga dapat tertuang menjadi sajak yang penuh kerinduan untuk dapat menginjakkan kaki di Tana Humba.

Bukan hanya Taufiq Ismail yang tersihir akan cerita-cerita seputar Sumba yang mempesona. Saat ini Pulau Sumba semakin dikenal sebagai surga pariwisata yang kian ramai akan pengunjung dari seluruh penjuru dunia dan salah satu tujuan wisata terfavorit di Nusantara.

Selain menjadi salah satu pulau terbesar di gugus kepulauan Nusa Tenggara Timur, pulau yang terbagi ke dalam empat kabupaten ini juga merupakan salah satu daerah terselatan di Indonesia. Pulau yang dikenal dengan julukan Nusa Cendana ini tersohor sebagai penghasil kayu cendana dan kuda-kuda sandel sejak masa kolonial. Berbagai kekayaan budaya juga terlihat dalam kehidupan masyarakatnya. Mulai dari tradisi pasola, warna-warni kain tenun khasnya, hingga sejumlah makam megalitik di antara rumah adat yang seolah membawa Anda melewati mesin waktu ke zaman prasejarah.

Masyarakat Sumba sendiri terbagi menjadi beberapa sub-suku yang tersebar di seluruh pulau dengan berbagai dialek, klan, dan ciri khas adatnya tersendiri. Namun seluruh masyarakat Pulau Sumba memiliki satu kesamaan lewat Marapu, kepercayaan asli Sumba yang berkaitan dengan roh para leluhur. Marapu menjadi akar dari segala aspek adat dan tradisi di Sumba, serta menjadi payung pemersatu seluruh masyarakat yang mendiami pulau nan sakral ini.

Sebagai Highlight dalam edisi kali ini, Travelink mempersembahkan berbagai cerita seputar Sumba ke hadapan Anda. Bagaikan puisi Taufiq Ismail dengan gambaran matahari yang membara khas timur Indonesia, serta kawanan kuda yang berlarian di antara lapisan bukit dan hamparan padang sabana, edisi ini menghantarkan keistimewaan alam dan budaya Sumba yang mengundang khayal kita untuk dapat menyaksikan dan menikmati pesona Tana Humba secara langsung.