Wahyu dalam Mahakarya

Di abad ke-17, atas perintah dari Sultan Iskandar Muda dari Aceh, tiga ulama Minangkabau dari Sumatera Barat datang ke Sulawesi Selatan dengan tujuan utama yaitu menyelesaikan berbagai masalah ketidakselarasan antara syariat Islam dan hukum adat yang telah dianut oleh masyarakat lokal secara turun-temurun. Diyakini sebagai peletak batu pertama ajaran Islam di Sulawesi Selatan, mereka adalah Datuk ri Bandang, Datuk Patimang, dan Datuk ri Tiro.

Berkat ajaran ketiga ulama tersebut, Kesultanan Gowa-Tallo kemudian memeluk Islam dan menjadikannya sebagai agama resmi kerajaan pada tahun 1607. Oleh karena itu, pada periode ini pula, kesultanan kerap berfungsi sebagai pemecah masalah ketika terjadi ketidakcocokan antara adat dan syariat.

Bermulai dari sini, Islam akhirnya menjadi agama dominan di Sulawesi Selatan dan memiliki elemen penting dalam peradaban masyarakat. Berikut ini adalah tiga masjid dengan kekayaan nilai sejarah, keindahan arsitektur, dan tentunya nilai religi, yang dapat Travelers kunjungi di Kota Anging Mamiri.

Masjid Raya Makassar

Pertama kali dirancang oleh arsitek Muhammad Soebardjo, Masjid Raya Makassar dibangun pada tahun 1948 dengan dana awal pembangunan Rp60.000 yang diprakarsai oleh K. H. Ahmad Bone, seorang ulama asal Kabupaten Bone.

Setelah diresmikan dua tahun kemudian, konon Masjid Raya Makassar sempat menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara saat itu. Bagaimana tidak? Bangunan induknya saja dapat menampung hingga 10.000 jemaah dan jika digabung dengan halaman masjid dapat mencapai 50.000 jemaah.

Selain sebagai salah satu masjid termegah di kawasan Indonesia Timur, Masjid Raya Makassar yang berada di Kecamatan Bontoala merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada masa penjajahan selalu dipecah belah menjadi berbagai golongan, aliran, dan organisasi agar tidak bersatu menghimpun kekuatan.

Usaha untuk membangun masjid besar yang bisa menampung ribuan jemaah pun selalu dihalang-halangi. Kekhawatiran penjajah kala itu memang terbukti. Setelah masjid ini mulai digunakan pada Agustus 1949, masyarakat Makassar yang sebelumnya tercerai-berai di sejumlah masjid-masjid kecil, mulai berkumpul di Masjid Raya Makassar hingga sentralisasi kekuatan pun terbentuk.

Kehadiran Masjid ini juga dianggap sebagai bagian dari sejarah yang membanggakan masyarakat Makassar karena telah menjadi tuan rumah perhelatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) pertama di Indonesia pada tahun pada 1955 silam.

Setelah puluhan tahun berlalu, bangunan awal masjid pun tak kuat menahan usia dan akhirnya harus mengalami sejumlah renovasi, dan Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia pada saat itu, menjadi penyumbang dana terbesar dalam proses pemugaran yang berlangsung dari tahun 1999 hingga tahun 2009.

Sekarang masjid dua lantai ini memiliki dua menara yang masing-masing memiliki tinggi 47 m (menara lama) dan 66,66 m (menara baru) yang melambangkan jumlah ayat dalam kitab suci Alquran, serta memiliki fasilitas berupa perpustakaan dan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan. Daya tarik lainnya adalah masjid ini memiliki Alquran raksasa yang diletakan pada lantai dua masjid dan memiliki ukuran 1 m x 1,5 m dengan berat 584 kg.


Masjid 99 Kubah

masjid 99 kubah

Sesuai namanya, masjid yang berdiri tak jauh dari Pantai Losari ini memiliki puluhan kubah dengan ukuran beragam yang berbaris mengelilingi kubah utama berdiameter terbesar yang berada di tengah. Corak warna merah, jingga dan kuning membentuk pola yang cantik, terlebih jika dilihat dari atas.

Bagian eksterior kubah masjid pun amat menarik perhatian, terlebih lagi ketika ratusan lampu ditembakkan ke arah kubah saat malam hari tiba atau ketika hari mulai senja, rona jingga berpadu dengan warna dari masjid ini menambah kemolekan dan kemegahan masjid ini.

Masjid yang dibangun pada tahun 2017 ini adalah karya dari Ridwan Kamil yang juga Gubernur Jawa Barat. Pesona Masjid 99 Kubah ini pun didasari ide 99 nama-nama Allah (Asmaul Husna). Asmaul Husna sendiri berarti nama baik, agung dan mulia, yang dalam agama Islam terasosiasikan sebagai atribut ketuhanan.

Walaupun belum selesai dibangun, Masjid Kubah 99 diproyeksi dapat menampung hingga 10.000 jemaah dan akan dilengkapi dengan pelataran layaknya Masjidil Haram di Mekah. Selain itu, akan ada juga atraksi air mancur di depan masjid yang dapat dinikmati selama 30 menit selepas Magrib.

Perpaduan dari desain masjid yang unik serta pemandangan Pantai Losari yang memesona telah mencuri perhatian wisatawan dan menjadikan Masjid 99 Kubah sebagai ikon wisata baru di Kota Makassar.


Masjid Apung

masjid terapung

Masjid yang dibangun pada tahun 2009 ini bernama resmi Masjid Amirul Mukminin, namun masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan sebutan Masjid Terapung atau Masjid Apung. Masjid ini terletak 1 km dari anjungan Pantai Losari dan memiliki bentuk menyerupai rumah panggung, rumah tradisional Makassar-Bugis.

Masjid ini sendiri memiliki 3 lantai, lantai pertama digunakan untuk jemaah pria, lantai kedua disediakan untuk jemaah wanita, sedangkan lantai yang berada di bawah kubahnya dapat Travelers gunakan untuk menikmati pemandangan, terutama pada saat matahari terbenam di Pantai Losari.

Berdiri di atas laut dengan ukuran luas 1.683 m persegi, Masjid Amirul Mukminin ditopang oleh 164 tiang pancang, dan mampu menampung sebanyak 500 jemaah. Pilihan desain arsitektur kontemporer dengan warna putih dan abu-abu yang mendominasi hampir keseluruhan bangunan masjid, serta dua buah kubah dengan mozaik bergradasi biru, menjadikan masjid ini terlihat kian memesona, sehingga tak heran apabila kini Masjid Amirul Mukminin telah menjadi salah satu ikon Kota Makassar.

masjid agung syekh yusuf gowa

Artikel : Alisa Pratomo | Foto : Iqbal Fadly, George Timothy, Rezki Sugiharto

  • Catatan
    • Masih banyak masjid-masjid lain di Makassar dan sekitarnya dengan nilai sejarah dan pancaran keindahan arsitektur, seperti Masjid Agung Syekh Yusuf di Kabupaten Gowa.
    • Dengan 1.5 juta jiwa menyebut Makassar sebagai rumah dan mayoritasnya memeluk agama Islam, maka tak heran jika wisata religi bernuansa Islami menjadi salah satu aktivitas yang digemari oleh mereka yang berkunjung ke ibu kota Sulawesi Selatan ini. Selain sebagai tempat ibadah umat Muslim, masjid-masjid di Makassar juga menjadi ikon destinasi wisata religi.

    • Lokasi : Jl. Somba Opu, Maloku, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
    • Jam Operasional : Buka setiap hari (senin – minggu) 24 jam
    • Lokasi : Jl. Mesjid Raya, Sungguminasa, Kec. Somba Opu, kab. Gowa, Sulawesi Selatan 92111
    • Jam Operasional : Buka setiap hari (senin – minggu) pukul 09.00 – 20.00 WITA
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.