Tenteram Teduh Trembesi

Hutan memang selalu menjadi bagian dari keindahan panorama Nusantara dengan berbagai jenis flora yang menarik lagi cantik untuk diamati. Apalagi sebagai Zamrud Khatulistiwa. Dengan kombinasi tanah vulkanik, hembusan angin laut, dan sinar matahari tropisnya, Indonesia mampu menunjang begitu banyak jenis kehidupan. Salah satu bentuk keanekaragaman hayati Indonesia terpancar di De Djawatan dengan pohon-pohon trembesinya yang mengundang khayal kita karena bentuknya yang unik.

Di Pulau Jawa ada beberapa hutan yang berada di bawah pengawasan Perhutani, salah satunya ialah Hutan De Djawatan. Djawatan menjadi rumah bagi rimbunan pohon trembesi yang hidup di dalamnya. Memiliki nama binomial yaitu Albizia saman, pohon trembesi berkemampuan untuk menyerap air tanah yang kuat. Pohon hujan, ki hujan atau trembesi merupakan pohon besar yang terkenal sebagai pohon peneduh.

Terletak di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, yang berjarak 45 km atau sekitar 1 jam dari kota Banyuwangi. Hadirnya Djawatan, menambah makin besarnya potensi wisata yang ada di Banyuwangi. Konon Djawatan dikenal dengan nama Tapal Pelas (TP) yang berfungsi sebagai tempat penimbunan kayu berkualitas. Lalu sempat terlupakan karena adanya penjarahan kayu jati besar-besaran pada tahun 1970. Tetapi sekarang, Djawatan telah menjadi salah satu destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Sinar fajar yang lembut di pagi hari menembus ranting-ranting kokoh pohon trembesi turut menyambut kedatangan Travelers di Djawatan. Dilihat dari volume yang ada, diperkirakan pohon-pohon trembesi ini telah berusia selama ratusan tahun.

Djawatan yang disinyalir mirip dengan Hutan Fangorn yang ada di film The Lord of The Rings, menjadi destinasi baru bagi wisatawan khususnya para fotografer. Tidak hanya untuk mengambil gambar panorama semata, beberapa juga mengabadikan momen pre-wedding di sini atau sekedar foto bersama pasangan, teman dan keluarga.

Tekstur ranting yang seakan menari dengan gerakan yang dinamis, menyisakan sedikit ruang untuk masuknya sinar matahari menjadi pelengkap lanskap yang mengagumkan. Akses yang mudah dijangkau karena masih berada di dekat perkotaan menjadi alasan yang tepat untuk berkunjung.

Jika Travelers berasal dari luar kota, pilihan transportasi umum yang mudah dijangkau ialah dengan menggunakan kereta api. Travelers bisa memilih untuk turun di dua stasiun yakni Stasiun Rogojampi dan Stasiun Banyuwangi. Dari dua stasiun tersebut, Travelers bisa menggunakan angkutan umum untuk menuju pertigaan lampu merah Benculuk dengan biaya Rp 20.000. Setelah sampai di pertigaan, Travelers bisa melanjutkan hanya dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 100 meter menuju pintu masuk Djawatan.

Fasilitas seperti lapangan sepak bola, voli, karate, lapangan tenis, musala, kantin dan toilet pun sudah tersedia. Cukup dengan membeli tiket masuk Rp 3.000/orang, tiket parkir Rp 2.000/orang, Travelers sudah bisa menikmati lanskap pohon trembesi yang eksotik dilengkapi dengan harmonisasi suara burung yang bersahutan.

Artikel : Nelce Muaya | Foto : George Timothy

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.