Kisah Cinta yang Mendunia dalam Balutan Budaya Jawa

Lewat cerita seperti Romeo & Juliet maupun Layla & Majnun, hampir tiap budaya di berbagai belahan dunia memiliki cerita yang mengedepankan kekuatan cinta. Di Indonesia, cerita serupa yang cukup dikenal masyarakat umum dan sudah melekat pada budaya Indonesia itu sendiri adalah cerita Rama dan Shinta.

Kisah yang juga dikenal dengan judul Ramayana ini bukan sekedar cerita cinta biasa, melainkan salah satu cerita cinta yang tertua dan terpanjang di dunia, melibatkan puluhan karakter yang terdiri dari manusia, raksasa, bahkan para dewa. Keindahan cerita ini dapat Anda saksikan dalam Sendratari Ramayana di Jogja, sebuah pertunjukkan tari kolosal Ramayana dengan balutan budaya Jawa.

Versi asli Ramayana ditulis seorang resi dari India bernama Walmiki yang hidup pada sekitar 400 – 200 tahun sebelum masehi. Ramayana adalah salah satu kitab Hindu yang sarat akan nilai keagamaan. Sejak maraknya penyebaran agama Hindu di Nusantara pada awal milenium pertama, wiracarita Ramayana sudah tertanam di berbagai budaya di tanah air. Namun kemudian cerita ini berkembang sehingga di daerah-daerah di Indonesia seperti Sumatra, Jawa, atau Bali dapat memilki versi ceritanya tersendiri.

Sendratari Ramayana menyuguhkan versi Jawa dari kisah ini. Awalnya, Ramayana versi ini ditulis di Pulau Jawa sekitar abad ke-9 M, kemudian ceritanya kerap mengalami modifikasi hingga muda ini lebih dikenal sebagai Kakawin Ramayana atau Serat Rama.

Walau memiliki beberapa perbedaan dari cerita yang asli, terutama di bagian ending, plot utamanya masih menceritakan petualangan Sri Rama dalam menyelamatkan Dewi Shinta dari cengkraman jahat Rahwana, sang penguasa kerajaan raksasa yang bernama Alengka. Sri Rama tidaklah sendirian dalam misi menyelamatkan cintanya itu. Ia dibantu oleh berbagai karakter ikonik seperti Laksamana, Jatayu, Sugriwa, dan tentu saja Hanoman sang kera putih.

Semenjak pementasan perdananya di tahun 1961, Sendratari Ramayana telah menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Pertunjukkan ini memang digagas untuk menjadi salah satu tonggak Indonesia sebagai negara yang relatif baru dalam industri pariwisata. Pementasan pertamanya melibatkan 55 penari utama dan 400 penari massal yang diiringi dengan puluhan penabuh gamelan dan sejumlah penyanyi tradisional Jawa.

Kini, Sendratari Ramayana telah menjadi salah satu kesenian yang identik dengan kota Jogja. Nama kota Yogyakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta-nya sendiri diambil dari nama Ayodya, kota yang disebut dalam kitab Ramayana sebagai tempat asal Rama. Hal ini menunjukkan keterkaitan yang menarik antara Kota Jogja dengan epos Ramayana itu sendiri.

Di Kota Jogja, Anda dapat menonton Sendratari Ramayana di Panggung Trimurti maupun di Purawisata yang menyediakan panggung indoor dan diadakan secara rutin di malam hari. Namun pengalaman menyaksikan Sendratari Ramayana akan lebih istimewa di Panggung Terbuka Sendratari Ramayana yang diadakan di depan Candi Prambanan dan hanya digelar selama musim kemarau, yaitu pada bulan Mei hingga Oktober.

Riuh rendah alunan gamelan, lirih suara nyanyian dalam Bahasa Jawa, serta latar kemegahan Candi Prambanan akan menambah nuansa magis dari pengalaman Anda menikmati Sendratari Ramayana, salah satu karya agung dunia dengan sentuhan Indonesia.

Artikel : Iqbal Fadly | Foto : Ibna Alfattah
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.